Hadiri Konferensi Keanekaragaman Hayati COP16 di Kolombia, Delegasi Greenpeace Cerita Kualitas Udara dan Ancaman Gerilyawan

3 weeks ago 11

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Syahrul Firtra, menempuh perjalanan hampir 20 jam dari Jakarta ke Bogota, Kolombia, untuk menghadiri Konferensi Para Pihak tentang keanekaragaman hayati atau Conference of the Parties - Convention of Biological Diversity (COP CBD) ke-16 di Cali, Kolombia, pada 21 Oktober-1 November 2024.

Syahrul berangkat dari Jakarta pada 16 Oktober dan tiba pada 17 Oktober di Bogota. "Tiba di Bogota sekitar pukul 16.22, dan penerbangan ke Cali dengan Maskapai Avianca boarding pukul 17.40," kata Syahrul kepada Tempo, 17 Oktober lalu.

Syahrul menyebutkan suhu udara kondisi Cali tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Ia mencatat kondisinya sekitar 25 derajat Celcius pada malam hari. "Hanya saja, udaranya sedikit lebih sejuk. Jika melihat angka kualitas udara Cali jauh lebih baik dibanding Jakarta atau Depok. Indeks Kualitas Udaranya bahkan tidak menyentuh angka 50 jika melihat accuwather.com," kata dia.

Berbeda dengan pengamanan di Bandara, Syahrul menyebutkan perjalanan ke tempat acara jauh lebih ketat. Ia melihat banyak polisi dan militer yang berjaga di pinggir jalan dengan menenteng senjata laras panjang.

"Ketika melihat situasi pengamanan di luar, baru menyadari bahwa kondisi di Cali tidak terlalu kondusif, tapi secara pribadi saya tidak terlalu heran karena dari awal tim keamanan dari Greenpeace telah memberikan pengarahan dan penjelasan akan situasi keamanan di Cali," ujarnya.

"Bagi setiap delegasi yang hadir, diminta untuk mengikuti rute-rute yang telah ditentukan, termasuk jenis transportasi yang bisa digunakan dari hotel ke lokasi atau sebaliknya. Mengenai ancaman dari kelompok Gerilya EMC, saya sedikit cemas, tapi karena penjagaan sudah dilakukan dengan ketat dan telah ada jalur-jalur yang direkomendasikan oleh panitia CBD, saya berusaha mengikuti arahan ini," ucapnya.

Sejauh ini, menurut Syahrul, dia belum melihat adanya aksi demonstrasi. "Bisa jadi ini terjadi ketika pembukaan pada 21 Oktober," ucapnya.

Iklan

Terkait posisi Indonesia, Syahrul mengatakan posisi tawar lemah dalam negosiasi karena adanya transisi kekuasaan. "Sejauh ini dari obrolan dengan delegasi Indonesia terutama dari kelompok CSOs, memang agak khawatir dengan posisi Indonesia selama negosiasi. Apalagi Indonesia dalam proses transisi kekuasaan," kata dia.

COP16 akan menjadi COP Keanekaragaman Hayati pertama sejak diadopsinya Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global. Selama COP 16, pemerintah akan meninjau kemajuan yang telah dicapai dalam mengimplementasikan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global, serta tingkat keselarasan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional (NBSAP) dengan Rencana tersebut.

Pada COP16, pemerintah berencana untuk menegosiasikan lebih lanjut kerangka kerja pemantauan, memajukan mobilisasi sumber daya (khususnya bagaimana implementasi akan dibiayai), dan menyelesaikan mekanisme multilateral tentang akses dan pembagian manfaat (ABS) yang adil dan setara dari penggunaan informasi sekuens digital pada sumber daya genetik. 

Dihadiri oleh peserta dari lebih dari 190 negara, COP16 akan mempertemukan pemerintah, organisasi pengamat, masyarakat adat, bisnis, kelompok pemuda, masyarakat sipil, akademisi, dan masyarakat umum.

Pilihan Editor: Profil Satryo Soemantri, Eks Dirjen Dikti yang Jadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |