Sebuah pohon yang tersisa di area patrolo pemberantasan ilegal logging di Hutan Amazon Brazil
REPUBLIKA.CO.ID, MANAUS — Ilmuwan di Brasil membangun “mesin waktu” raksasa di tengah Hutan Amazon untuk mensimulasikan atmosfer masa depan dan mengamati bagaimana ekosistem hutan hujan terbesar di dunia bereaksi terhadap peningkatan karbon dioksida (CO2). Eksperimen ini dilakukan untuk memahami dampak perubahan iklim yang akan dibahas dalam Konferensi Iklim PBB (COP30) di Brasil bulan depan.
Proyek yang dikenal sebagai AmazonFACE (Free-Air CO2 Enrichment) berlokasi di dekat kota Manaus. Enam menara baja menjulang di atas kanopi hutan, masing-masing mengelilingi kelompok 50 hingga 70 pohon dewasa. Setelah tahap pengujian dasar, ilmuwan akan menyemprot tiga dari enam lingkaran dengan CO2 pada tingkat yang mencerminkan kondisi atmosfer beberapa dekade mendatang, sementara tiga lainnya menjadi kelompok pembanding.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Kami mencoba menciptakan atmosfer masa depan,” kata koordinator dari Institut Nasional Penelitian Amazon (INPA), Carlos Quesada, Jumat (31/10/2025).
INPA memimpin proyek ini bersama Universidade Estadual de Campinas, dengan dukungan pemerintah Brasil dan Inggris. Para peneliti menilai, menjaga keberlanjutan hutan hujan tropis seperti Amazon sangat penting untuk menahan dampak paling parah dari krisis iklim global.
Konferensi COP30 yang akan berlangsung 10–21 November di Belem yang merupakan kota tempat Cekungan Amazon bertemu Samudra Atlantik. COP30 akan menjadi ajang pembahasan peran hutan tropis dalam menjaga keseimbangan iklim dunia.
Eksperimen FACE sebelumnya telah dilakukan di sejumlah negara beriklim sedang, termasuk Amerika Serikat. Namun, insinyur kehutanan Gustavo Carvalho menilai proyek di Amazon menjadi tonggak baru dalam penelitian global. “Ini adalah eksperimen pertama di hutan alami berukuran besar di wilayah tropis,” ujarnya di bawah rindangnya kanopi Amazon.
Sensor otomatis merekam data setiap 10 menit untuk melihat bagaimana dedaunan menyerap CO2, melepaskan oksigen, dan beradaptasi terhadap hujan, badai, maupun sinar matahari. Tahap berikutnya akan menciptakan mikroklimat buatan dengan kadar CO2 lebih tinggi guna memproyeksikan perubahan jangka panjang.
“Jika model memprediksi kadar CO2 tertentu pada 2050 atau 2060, kami akan menaikkan kadar di area uji hingga setara. Kami akan memiliki sebidang kecil hutan tempat kita bisa melihat seperti apa masa depan itu,” kata Carvalho.
sumber : Reuters

 7 hours ago
                                8
                        7 hours ago
                                8
                    









































