TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan akan akan membangun kembali sistem keselamatan penerbangan dari awal, setelah kecelakaan dan kebakaran pesawat dalam rentang waktu dua bulan terakhir. Kementrian Transportasi Korea Selatan meluncurkan komite baru untuk membangun sistem tersebut dan meningkatkan perjalanan udara.
Wakil Menteri Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Baek Won Kuk mengatakan pemerintah harus memprioritaskan keselamatan penerbangan. “Untuk mengembalikan kepercayaan terhadap sistem keselamatan penerbangan negara kita, pemerintah akan melakukan upaya yang gigih untuk membangun kembali sistem keselamatan penerbangan dari awal,” kata Wakil Menteri Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Baek Won kuk seperti dilansir dari Rteuters.
Komite yang menyusun sistem keselamatan penerbangan baru ini terdiri dari pakar dan sektor swasta. Selama 10 minggu komite ini akan mengkaji permasalahan-permasalahan termasuk pemeliharaan dan tingkat pemanfaatan pesawat di maskapai penerbangan hemat, serta pembangunan dan pengoperasian bandara.
Insiden pesawat di Korea Selatan
Insiden kecelakan pesawat Jeju Air pada 29 Desember 2024 lalu merupakan bencana udara paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan. Pesawat tersebut jatuh di bandara Muan karena menabrak burung. Kecelakaan tersebut menewaskan 179 penumpang, sedangkan 2 awak pesawat berhasil diselamatkan.
Menurut laporan penyelidikan awal, terdapat sisa-sisa burung di kedua mesin pesawat. Hal ini mengindikasikan serangan burung terjadi sebelum kecelakaan. Namun menurut para hali, kecelakaan udara hampir selalu disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor.
Menanggapi kecelakaan Jeju Air, yang menyebabkan pesawat mendarat namun kemudian menabrak tanggul beton yang mendukung peralatan navigasi melewati ujung landasan pacu Muan, pihak berwenang telah mengatakan bahwa mereka akan mengubah struktur serupa di tujuh bandara di seluruh negeri.
Kebakaran Air Busan
Sebulan berselang, sebuah pesawat Air Busan dilalap api di Bandara Internasional Gimhae, Busan ketika bersiap untuk lepas landas, pada 28 Januari 2025. Pesawat yang akan terbang menuju Hong Kong itu mengangkut 176 orang, yang terdiri dari 169 penumpang dan tujuh awak pesawat. Semua penumpang berhasil dievakuasi dengan selamat melalui perosotan di pintu darurat. Sebanyak tujuh orang mengalami luka ringan.
Kebakaran pertama kali terdeteksi oleh pramugari di tempat bagasi atas di bagian belakang pesawat. Investigasi mengenai penyebab insiden tersebut sedang berlangsung. Namun menurut laporan CBS News yang mengutip media lokal, peristiwa itu dipicu oleh baterai portable atau powerbank milik penumpang meledak di bagasi kabin atas.
REUTERS | USA TODAY