TEMPO.CO, Jakarta - German National Tourist Board atau Dewan Pariwisata Nasional Jerman meluncurkan kampanye digital yang memperkenalkan Emma, influencer perjalanan berbasis AI. Kampanye tersebut dirancang untuk mempromosikan destinasi wisata unggulan Jerman di media sosial.
Emma, yang memiliki hampir 1.000 pengikut di Instagram, diharapkan bisa menarik perhatian khalayak muda yang melek teknologi. Namun, reaksi keras justru muncul dari para influencer perjalanan yang merasa tergeser oleh kehadiran influencer virtual tersebut.
Pada unggahan pertamanya di akun Instagram @emmatravelsgermany, Emma terlihat menjelajahi ikon-ikon Jerman seperti Gerbang Brandenburg dan pegunungan yang dramatis. Emma digambarkan sebagai karakter berambut pirang dengan potongan rambut bob yang elegan. Alih-alih mendapat sambutan hangat, influencer AI ini justru memicu gelombang kritik dari komunitas influencer manusia.
Salah satu pengguna, @wanderwithred, menyuarakan kekecewaannya dengan menyebut bahwa seharusnya industri perjalanan mempromosikan orang-orang nyata yang benar-benar bisa memberikan opini tulus. “Pasti akan lebih baik untuk mempromosikan orang sungguhan di industri perjalanan daripada seseorang yang tidak ada dan tidak dapat membentuk opini sungguhan,” tulisnya.
Influencer AI untuk melengkapi
Protes ini ditanggapi dengan tegas oleh Dewan Pariwisata Jerman. Mereka menyatakan bahwa Emma tidak hadir untuk menggantikan influencer perjalanan tetapi hanya untuk "melengkapi" strategi promosi yang ada. Menurut badan tersebut, jaringan influencer manusia yang sudah bekerja sama dengan mereka tetap menjadi prioritas utama, di mana pada tahun lalu berhasil menghasilkan lebih dari 148 juta tayangan.
Meskipun demikian, banyak yang masih merasa bahwa kehadiran AI tidak bisa menyamai kreativitas dan pengalaman otentik dari kreator konten nyata.I nfluencer perjalanan terkenal, seperti @dangerousbiz, juga turut mengkritik keputusan ini. "Tidak ada yang ingin melihat Jerman dalam versi palsu melalui mata AI," tulisnya. Hal ini senada dengan komentar dari @blondwayfarer yang mengatakan bahwa hal tersebut terasa “palsu dan aneh”.
Iklan
Dewan Pariwisata Jerman tetap yakin bahwa kehadiran Emma akan membawa inovasi dan relevansi di dunia promosi wisata yang semakin terintegrasi dengan teknologi digital. Namun, tanggapan negatif dari banyak kreator memperlihatkan adanya kekhawatiran nyata di industri ini terhadap peran AI yang semakin dominan. Salah satu komentar yang paling banyak mendapat dukungan menyebutkan bahwa AI tidak bisa memberikan pendapat dan pengalaman nyata seperti manusia.
Kontroversi ini menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi, meskipun memiliki potensi besar, juga dapat memicu perlawanan ketika dianggap mengancam posisi para profesional yang sudah lama berkecimpung di bidangnya. Meski niat awal dari Dewan Pariwisata Jerman adalah untuk berinovasi, mereka mungkin harus menimbang kembali pendekatan yang seimbang antara teknologi dan kolaborasi manusia agar tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh komunitasnya.
PUTRI ANI | DAILY MAIL | NYBREAKING
Pilihan editor: Turis Jerman Dikritik Usai Mengunggah Protes Overtourism Warga Barcelona