JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gelombang unjuk rasa yang merebak di berbagai daerah sepanjang Agustus 2025 tak hanya menyisakan catatan kerusuhan, tapi juga meninggalkan jejak kelam bagi dunia pers. Sejumlah jurnalis dari berbagai media menjadi korban intimidasi, penganiayaan hingga intervensi aparat maupun pihak tak dikenal ketika menjalankan tugas peliputan.
Kasus terbaru dialami jurnalis CNN Indonesia, Zulkifli Natsir, saat meliput demonstrasi menolak kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (19/8/2025). Aksi yang semula berlangsung tertib berubah ricuh ketika massa mendobrak pagar kantor bupati. Aparat gabungan TNI dan Polri merespons dengan gas air mata dan meriam air.
Zulkifli yang tengah merekam situasi sempat terhantam gas air mata. Saat kondisi membaik, ia melanjutkan liputan hingga ke lobi kantor bupati dan mendokumentasikan seorang prajurit yang terluka. Namun upayanya merekam penangkapan demonstran justru berujung kekerasan. Sekelompok aparat berseragam loreng menyeret, mencekik, dan merampas ponselnya. Seluruh rekaman liputan dipaksa dihapus di hadapan sejumlah tentara.
Meski tak mengalami luka fisik serius, Zulkifli mengaku masih tertekan secara psikologis. Di sisi lain, pihak Kodim 1407/Bone membantah adanya tindakan kekerasan aparat dan meminta laporan resmi untuk ditindaklanjuti.
Di ibu kota, tekanan terhadap jurnalis terjadi lebih masif. Sejak 25 hingga 30 Agustus 2025, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menerima laporan beruntun soal intimidasi dan serangan terhadap wartawan yang meliput aksi demonstrasi di Senayan, Kwitang, hingga daerah lain.
Ketua Umum AJI, Nany Afrida, menyebut dua fotografer dari Tempo dan Antara dipukuli orang tak dikenal ketika mendokumentasikan kericuhan di sekitar Mako Brimob, Kwitang, Kamis (28/8/2025). Pada hari yang sama, seorang reporter Jurnas.com diintimidasi saat meliput demonstrasi ricuh di depan gedung DPR RI.
Gelombang tekanan juga dialami dua jurnalis di Denpasar, Bali. Mereka dituding memihak massa saat meliput unjuk rasa di Polda Bali dan DPRD Bali, hingga akhirnya mendapat perlakuan kasar dari aparat.
Tidak berhenti di situ, delapan jurnalis di Jambi turut terjebak di area gedung Kejati saat massa yang sebelumnya berdemonstrasi di DPRD merangsek ke lokasi tersebut pada Sabtu (30/8/2025). Bahkan mobil dinas Pemimpin Redaksi Tribun Jambi yang terparkir di lokasi ikut dibakar.
Puncaknya, pada Minggu (31/8/2025), seorang jurnalis TV One ditangkap, dipukuli, serta diintimidasi ketika melakukan siaran langsung melalui akun media sosial.
“Kasus-kasus ini semakin memperpanjang daftar kekerasan terhadap jurnalis. Di tengah gejolak politik dan sosial, masyarakat justru butuh pemberitaan yang independen dan bisa dipercaya,” ujar Nany.
Data AJI menunjukkan sejak awal tahun hingga akhir Agustus 2025, tercatat sedikitnya 60 kasus kekerasan terhadap jurnalis dan media. Bentuknya beragam, mulai intimidasi, teror, perusakan, hingga serangan digital. Sebagian besar diduga melibatkan aparat kepolisian dan militer.
AJI pun mendesak aparat penegak hukum serius menindaklanjuti kasus ini. “Kami mengecam keras segala bentuk kekerasan, intimidasi, dan perusakan terhadap jurnalis. Negara wajib memastikan perlindungan terhadap kebebasan pers,” tegas Nany. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.