TEMPO.CO, Jakarta - Kabinet Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza dengan kelompok Hamas. Kantor Perdana Menteri Isreal Benjamin Netanyahu pada Sabtu, 18 Januari 2025, mengkonfirmasi perihakl ini atau sehari sebelum dimulainya perjanjian yang dijadwalkan.
Pada Sabtu dini hari, setelah bertemu selama lebih dari enam jam, pemerintah meratifikasi perjanjian yang dapat membuka jalan bagi berakhirnya perang selama 15 bulan di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pemerintah telah menyetujui kerangka kerja untuk pengembalian para sandera. Kerangka kerja untuk pembebasan para sandera akan mulai berlaku pada Minggu," demikian keterangan kantor Perdana Meneri Netanyahu, dilansir dari Reuters,
Di Gaza, pesawat tempur Israel masih gencar melakukan serangan walau kesepakatan gencatan sudah senjata disetujui. Tim medis di Gaza mengatakan serangan udara Israel pada Sabtu dini hari, 18 Januari 2025, menewaskan lima orang di sebuah tenda di daerah Mawasi di sebelah barat Khan Younis di selatan Gaza. Dengan demikian, jumlah warga Palestina yang tewas akibat pemboman Israel menjadi 119 orang sejak kesepakatan diumumkan pada Rabu lalu.
Setelah mendapat persetujuan kabinet Israel, kepala negosiator Amerika Serikat Brett McGurk mengatakan rencana tersebut berjalan sesuai rencana. Gedung Putih memperkirakan gencatan senjata akan dimulai pada Minggu pagi, dengan tiga sandera perempuan akan dibebaskan ke Israel pada Minggu sore melalui Palang Merah.
"Kami telah memastikan setiap detail dalam perjanjian ini. Kami cukup yakin... perjanjian ini siap dilaksanakan pada Minggu," ujar McGurk di CNN dari Gedung Putih.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, gencatan senjata tiga tahap dimulai dengan fase awal enam minggu ketika sandera yang ditahan Hamas akan ditukar dengan tahanan yang ditahan Israel.
Sebanyak 33 dari 98 sandera Israel yang tersisa, termasuk perempuan, anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun, akan dibebaskan pada fase ini. Israel akan membebaskan semua perempuan dan anak-anak Palestina di bawah usia 19 tahun di penjara Israel pada akhir fase pertama. Nama-nama 95 tahanan Palestina yang akan diserahkan pada Minggu diumumkan oleh Kementerian Kehakiman Israel pada Jumat pekan ini.
Setelah pembebasan sandera pada Minggu, 19 Januari 2025, McGurk mengatakan kesepakatan itu menyerukan pembebasan empat sandera perempuan lagi setelah tujuh hari diikuti dengan pembebasan tiga sandera lagi setiap tujuh hari setelahnya.
Politikus Garis Keras Menentang Gencatan Senjata
Laporan media Israel mewartakan ada 24 menteri dalam pemerintahan koalisi Netanyahu yang memberikan suara mendukung kesepakatan itu, sementara ada delapan menentangnya. Politikus yang menentang mengatakan perjanjian gencatan senjata itu merupakan bentuk penyerahan diri kepada Hamas.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengancam akan mengundurkan diri jika kesepakatan gencatan senjata disetujui dan mendesak menteri lain untuk memberikan suara menentangnya. Namun, Ben-Gvir meyakinkan tidak akan menjatuhkan pemerintah.
Rekan garis kerasnya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, juga mengancam akan keluar dari pemerintahan jika tidak kembali berperang untuk mengalahkan Hamas setelah fase enam minggu pertama gencatan senjata.
Setelah penundaan menit terakhir pada Kamis lalu yang disalahkan Israel pada Hamas, kabinet keamanan Israel memberikan suara pada hari Jumat untuk mendukung perjanjian gencatan senjata, yang merupakan persetujuan pertama dari dua persetujuan yang diperlukan.
Israel memulai serangannya di Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Menurut Israel, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan Hamas turut menyandera 250 orang.
Menurut laporan otoritas Gaza, perang antara pasukan Israel dan Hamas telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang sangat padat penduduknya, menewaskan lebih dari 46.000 orang dan mengungsikan sebagian besar penduduk daerah kantong itu yang berjumlah 2,3 juta jiwa sebelum perang beberapa kali.
Jika berhasil, gencatan senjata juga dapat meredakan permusuhan di Timur Tengah, tempat perang Gaza menyebar hingga mencakup Iran dan proksinya-Hizbullah Lebanon, Houthi Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak serta Tepi Barat yang diduduki.
Warga sipil Gaza telah menghadapi krisis kemanusiaan karena kelaparan, kedinginan, dan penyakit. Perjanjian gencatan senjata menyerukan lonjakan bantuan. Organisasi internasional telah menyiapkan truk bantuan di perbatasan Gaza untuk membawa makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan perlengkapan penting lainnya.
Badan bantuan Palestina atau UNRWA mengatakan pada Jumat, 17 Januari 2025, mereka memiliki 4 ribu truk berisi bantuan. Dari jumlah itu, setengahnya adalah makanan, yang siap memasuki jalur pantai tersebut. Warga Palestina yang menunggu makanan di Jalur Gaza selatan pada Jumat lalu mengatakan mereka berharap gencatan senjata akan mengakhiri antrean berjam-jam untuk mengisi satu piring.
"Saya berharap itu akan terjadi sehingga kami dapat memasak di rumah kami dan membuat makanan apa pun yang kami inginkan, tanpa harus pergi ke dapur umum dan menghabiskan waktu selama tiga atau empat jam untuk mencoba mendapatkan (makanan), terkadang bahkan tidak sampai ke rumah," ucap pengungsi Palestina Reeham Sheikh al-Eid.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini