Truk membawa bantuan kemanusiaan masuk Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Pangan Dunia (WFP) PBB melaporkan bahwa pasokan bantuan ke Gaza telah meningkat menyusul gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Namun, WFP menambahkan bahwa pasokan tersebut masih jauh di bawah target harian 2.000 ton. Hal ini disebabkan terbatasnya akses karena hanya dua perlintasan yang dibuka, dan tidak ada pasokan yang berhasil masuk ke wilayah utara Gaza yang sangat parah dilanda kelaparan.
Wilayah itu mencakup kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia. Saat ini mengalami kondisi kelaparan terparah yang mendekati bencana kemanusiaan. Kawasan ini terisolasi secara efektif akibat blokade darat dan laut Israel yang ketat, ditambah dengan hancurnya infrastruktur kritis selama konflik berlangsung.
Jalan-jalan yang rusak berat dan situasi keamanan yang tidak stabil membuat distribusi bantuan dari selatan Gaza maupun melalui perlintasan perbatasan menjadi hampir mustahil, menciptakan situasi di mana pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan tidak dapat menjangkau ratusan ribu warga sipil yang masih bertahan di wilayah tersebut.
Kondisi kelaparan ini diperparah oleh runtuhnya sistem pertanian dan pasokan makanan lokal. Lahan pertanian di utara Gaza yang subur telah hancur oleh operasi militer, sementara pasar-pasar tradisional tidak berfungsi akibat kurangnya barang dan daya beli masyarakat yang nyaris hilang.
Mayoritas penduduk sekarang bergantung pada konsumsi daun, rerumputan, dan sisa-sisa makanan yang sudah tidak layak, sementara angka malnutrisi akut pada anak-anak dan ibu hamil melonjak drastis hingga ke tingkat yang mengancam jiwa. Laporan terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 70% populasi di utara Gaza mengalami tingkat kerawanan pangan yang ekstrem.
Tantangan
Sekitar 750 metrik ton makanan kini memasuki Jalur Gaza setiap hari, menurut WFP, tetapi ini masih jauh di bawah skala kebutuhan setelah dua tahun konflik antara Israel dan Hamas yang telah mengubah sebagian besar Gaza menjadi tanah tandus dan membuat hampir seluruh penduduknya kehilangan tempat tinggal.
"Untuk mencapai peningkatan ini, kami harus memanfaatkan setiap titik perlintasan perbatasan saat ini," ujar juru bicara WFP, Abeer Etefa, dalam jumpa pers di Jenewa.
Ia menambahkan bahwa hanya dua penyeberangan yang dikontrol Israel yang beroperasi - Kerem Shalom di selatan dan Kissufim di tengah. Israel mengeklaim hanya dua pintu masuk bantuan kemanusiaan yang difungsikan, karena alasan keamanan.