Jaksa Agung Minta Penunjukan Kajari Hanya Bermodal Kedekatan Segera Dihentikan  

1 hour ago 5

Jaksa Agung ST Burhanuddin | Wikipedia

DENPASAR, JOGLOSEMARNEWS.COM Jaksa Agung Sanitiar (ST) Burhanuddin melontarkan kritik pedas terhadap fenomena penempatan pejabat kejaksaan yang dinilai tidak sesuai kapasitas.

Dalam sambutan peresmian gedung baru dan fasilitas Kejaksaan Tinggi Bali di Denpasar, Selasa (16/9/2025), ia menegaskan bahwa institusi adhyaksa tak membutuhkan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) yang “beloon” atau tak memiliki prestasi.

Burhanuddin menyebut, masih ada Kajari yang dinilai minim kompetensi, padahal di level kepala seksi banyak jaksa lebih mumpuni yang tidak diberi kesempatan. “Saya tidak mau lagi ada pemaksaan orang yang tidak sesuai kapasitasnya menjadi pimpinan. Saya butuh orang yang punya integritas dan otak, bukan yang hanya mengandalkan kedekatan,” ujarnya.

Ia menilai, pola lama penempatan pejabat karena faktor kekerabatan, teman dekat, atau demi basa-basi harus dihentikan. Praktik seperti itu hanya membuat talenta kejaksaan tenggelam dan menghambat regenerasi jaksa berprestasi.

“Kalau kita terus mengusulkan nama hanya karena ewuh pakewuh, kejaksaan bisa hancur. Kita harus berani memilih yang terbaik,” tegasnya.

Burhanuddin juga menekankan pentingnya pembenahan sumber daya manusia di tubuh kejaksaan. Menurutnya, banyak jaksa pintar dan bertalenta yang justru terpinggirkan karena tidak mendapat dukungan dari pimpinan. Karena itu Kejagung kini tengah membangun “bank talent” untuk menghimpun jaksa-jaksa potensial agar punya ruang berkembang.

“Kami sedang membangun sistem yang lebih sehat agar yang diberi kesempatan memang orang-orang terbaik. Saya tidak mau orang hanya kenal saya atau siapa pun lalu langsung dipromosikan. Itu harus dihentikan,” tandasnya.

Pesan tersebut sekaligus menjadi peringatan bagi seluruh kepala kejaksaan tinggi (Kajati) agar lebih selektif dalam mengusulkan pejabat baru. Burhanuddin meminta setiap nama calon pimpinan benar-benar diverifikasi dari rekam jejak dan prestasinya, bukan sekadar titipan.

Fokus utama pembenahan ini, lanjut dia, agar para jaksa berprestasi tidak lagi tenggelam di balik praktik patronase. Dengan langkah itu, ia berharap kejaksaan menjadi institusi yang lebih profesional dan bersih dari kepentingan pribadi.

Termasuk Kajari yang tak punya nyali untuk mengeksekusi seorang terpidana yang telah inkrah? [*]  Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |