Karin Kemayu Rilis Novel "Bukan Sekadar Cinta" tentang Kisah Anak Autis

2 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis Karin Kemayu resmi merilis novel fiksi terbarunya berjudul "Bukan Sekadar Cinta". Meski dikemas dalam bentuk fiksi, karya ini berangkat dari perjalanan hidup pribadinya sebagai seorang ibu tunggal yang berjuang membesarkan anak dengan autisme.

Karin mengatakan bahwa novel "Bukan Sekadar Cinta" adalah bentuk legacy dan bentuk rasa kasih terhadap buah hatinya. "Buku ini seperti legacy untuk anakku. Walaupun mungkin dia belum bisa memahami sepenuhnya, setidaknya suatu hari dia tahu bahwa bundanya punya buku," kata Karin dalam konferensi pers di kawasan Cipete, Senin (10/11/2025).

Walaupun novel ini terinspirasi dari kisah nyata, Karin menegaskan bahwa sebagian besar tokoh dan alur merupakan fiksi. "Tokoh utamanya memang anakku, tapi yang lain-lainnya fiktif," tutur Karin.

Melalui novel ini, Karin juga ingin memberikan semangat dan kekuatan bagi para ibu yang menghadapi situasi serupa. Tidak hanya itu, ia pun ingin menyampaikan bahwa meski kasih ibu sepanjang masa, namun peran ayah tetap berperan penting.

"Jadi meski itu bukan ayah kandung, tapi bagi anak autisme yang mereka rasakan adalah frekeunsi ketulusan. Anak dengan autisme itu nggak tahu mana ayah kandungnya atau bukan, yang dia bisa rasakan ya ketulusannya," kata Karin.

Dalam novel tersebut, Karin juga menyinggung bagaimana awal mula dia menyadari tanda-tanda anaknya akan lahir dengan autisme. la mengaku sudah memiliki firasat sejak awal hamil karena dirinya sempat terpapar beberapa virus seperti rubella dan toxoplasma.

"Saat itu aku diberi pilihan sama dokter, apakah mau menggugurkan kandungan dulu untuk pengobatan atau nekat melanjutkan kehamilan. Aku pilih nekat, tapi tetap dengan obat-obatan dari dokter untuk melindungi janin," kenang Karin.

Meski anaknya lahir sehat secara fisik, Karin menyadari adanya tanda-tanda keterlambatan tumbuh kembang. Waktu lahir, kata Karin, buah hatinya sempat telat menangis beberapa detik. Lalu di usia merangkak, anaknya malahh langsung bisa berdiri dan berjalan.

"Ternyata menurut dokter itu tuh termasuk ciri bahwa anakku sarafnya terganggu dan memiliki gangguan tumbuh kembang," kata Karin.

Selain didiagnosis autisme, anak Karin juga mengalami retardasi mental. Karena kondisi tersebut, meskipun kini usia anaknya telah mencapai 21 tahun, secara kemampuan kognitif ia masih berada pada tahap perkembangan anak berusia 8 tahun.

Untuk mendukung tumbuh kembang putranya, Karin menjalani berbagai terapi intensif, mulai dari terapi wicara, terapi okupasi, hingga terapi motorik. "Anakku tidak lepas terapi sampai usia 17 tahun," kata dia.

Karin pun berpesan kepada para ibu yang memiliki anak dengan autisme agar tetap kuat, sabar, dan tidak kehilangan harapan. "Jalani saja, jangan berekspektasi terlalu tinggi. Lakukan yang terbaik. Dulu aku juga takut, tapi ternyata banyak orang yang menguatkan dan mendukung. Jadi jangan pernah merasa sendiri," kata dia.

Yang menjadi spesial, novel ini juga memiliki original soundtrack berjudul "Cinta Tak Berbatas" yang dibawakan oleh band Element. Kolaborasi ini diharapkan bisa semakin meningkatkan awareness terkait isu autisme di Indonesia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |