Kematian Sel dan Awal Peradangan di Kulit

21 hours ago 11

Image Tofrizal

Info Sehat | 2025-10-17 04:49:31

Kulit manusia adalah sistem biologis yang sangat dinamis. Di balik permukaannya, jutaan sel hidup, bekerja, lalu mati dalam ritme yang teratur. Namun, ketika mekanisme pertahanan kulit menjadi terlalu reaktif, keseimbangan ini terganggu. Akibatnya, peradangan berlangsung terus-menerus dan memicu kondisi seperti dermatitis, psoriasis, hingga luka yang sulit sembuh.

Pada psoriasis, misalnya, kematian sel kulit bisa meningkat hingga 50 persen dibanding kondisi normal. Sel-sel yang mati berlebihan memicu reaksi berantai yang sulit dihentikan, menyebabkan kulit menjadi merah, menebal, dan gatal.

Ketika Ritme Sel Terganggu: Keseimbangan kulit yang retak, di mana gangguan pada siklus hidup dan mati sel dapat memicu peradangan internal. (Foto ilustrasi, credit: Alexander Grey/Unsplash)

Siklus Peradangan yang Tak Berujung

Setiap hari, tubuh mengganti ribuan sel kulit melalui proses apoptosis, kematian terprogram yang berlangsung secara tenang tanpa menimbulkan peradangan. Namun, ketika jumlah sel yang mati terlalu banyak atau proses pembersihannya lambat, fragmen DNA dan protein seperti HMGB1 dapat bocor keluar. Molekul-molekul ini dikenali sistem imun sebagai sinyal bahaya atau DAMPs (damage-associated molecular patterns).

Dalam jumlah terbatas, sinyal bahaya ini membantu tubuh melawan infeksi. Tetapi ketika diproduksi terus-menerus, sistem imun kehilangan kemampuan membedakan antara ancaman dan jaringan sendiri. Tubuh lalu melepaskan senyawa proinflamasi seperti IL-1β dan TNF-α secara berlebihan, menciptakan peradangan kronis yang justru merusak jaringan kulit.

Mekanisme Pertahanan yang Berbalik Merusak

Kulit memiliki beberapa jalur kematian seluler, masing-masing dengan perannya sendiri:

  • Apoptosis: kematian terprogram yang tidak memicu peradangan.
  • Necroptosis: kematian disertai pecahnya sel dan pelepasan zat proinflamasi.
  • Pyroptosis: kematian akibat respons imun yang berlebihan terhadap infeksi.
  • NETosis: proses ketika sel imun melepaskan jaring DNA untuk menangkap patogen, tetapi dapat merusak jaringan sekitar.
  • Ferroptosis: kematian akibat kerusakan oksidatif oleh radikal bebas berbasis besi.

Ketika jalur-jalur ini tidak terkontrol, mekanisme pertahanan justru berbalik menyerang tubuh. “Semakin banyak sel yang mati, semakin besar sinyal bahaya yang memicu respons imun berlebihan,” tulis Anderton dan Alqudah dalam Biochemical Journal (2022). “Kulit yang seharusnya melindungi justru menjadi sumber peradangan.”

Analogi Kerusakan yang Beruntun

Kulit dapat diibaratkan sebagai sebuah kota yang teratur. Dalam kondisi sehat, bangunan lama diganti dengan yang baru setiap hari. Namun, jika pembongkaran terjadi terlalu cepat atau sistem pembuangan tidak berfungsi baik, kota itu akan penuh reruntuhan.

Sel-sel imun yang seharusnya membersihkan sisa-sisa itu justru menambah kekacauan dengan melepaskan sinyal bahaya tambahan. Kulit yang mengalami peradangan kronis seperti kota yang terus berupaya memperbaiki diri, tetapi tanpa henti menghadapi kerusakan baru yang ditimbulkannya sendiri.

Mengembalikan Keseimbangan yang Hilang

Penelitian terkini melihat kematian sel bukan sekadar proses alamiah, melainkan target potensial terapi penyakit kulit. Beberapa pendekatan yang kini sedang dikembangkan antara lain:

  • Penghambat RIPK1 untuk menekan necroptosis berlebihan pada psoriasis.
  • Inhibitor MLKL dan GSDMD untuk menghentikan necroptosis dan pyroptosis.
  • Senyawa anti-ferroptosis untuk mencegah kerusakan akibat stres oksidatif.

Selain terapi molekuler, langkah sederhana sehari-hari juga berperan besar dalam menjaga keseimbangan kulit. Misalnya, menggunakan pelindung sinar UV secara konsisten untuk mencegah kerusakan DNA. Menghindari produk perawatan yang terlalu keras dan merusak lapisan pelindung kulit serta tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan kaya antioksidan untuk mendukung regenerasi sel.

Pelajaran dari Regulasi Seluler

Kulit yang sehat bukan berarti tanpa kematian sel, melainkan mampu mengatur kapan dan bagaimana sel harus mati. Keseimbangan antara sel hidup, mati, dan tergantikan adalah fondasi utama kesehatan kulit. Memahami kematian sel sebagai proses dinamis yang dapat diatur membuka peluang baru bagi terapi yang lebih tepat sasaran. Ketika keseimbangan ini hilang, bahkan mekanisme pertahanan yang paling canggih sekalipun dapat berubah menjadi penyebab peradangan yang tak kunjung reda.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |