WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perjalanan hidup Tarmin, pria asal Slogoretno, Jatipurno, Wonogiri, layak masuk daftar kisah paling menghentak di momen Hari Guru Nasional. Siapa menyangka, sosok yang dulu mengawali hari dengan “ngarit” rumput kini berdiri tegak sebagai guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sekaligus PNS di SMKN 2 Ponorogo, Jawa Timur.
Tahun 1995, Tarmin menempuh pendidikan di SMP Terbuka—jalur alternatif bagi anak-anak yang terhimpit keterbatasan ekonomi. Tempat belajar seadanya, fasilitas minim, dan proses belajar hanya dua kali sepekan di sebuah SD di Slogoretno. Semua serba terbatas, tapi semangat justru tak pernah putus.
Ia dan teman-temannya belajar menggunakan modul mandiri dan rekaman suara pembelajaran dari tape recorder bantuan pemerintah. “Kami dengarkan kaset itu bersama-sama sebagai panduan belajar,” ujar Tarmin, Selasa (25/11/2025).
Hidupnya makin berat karena tekanan ekonomi. Setiap pagi, sebelum membuka buku, Tarmin harus membantu keluarga mencari rumput untuk pakan ternak.
Setelah itu barulah ia bisa belajar.
Kondisi para siswa pun memprihatinkan. Mereka berangkat puluhan kilometer dengan berjalan kaki, tanpa seragam, tanpa sepatu, dan kebanyakan berasal dari keluarga petani dan kuli bangunan, namun semangat untuk sekolah tak pernah padam.
Banyak teman seangkatannya tak sanggup bertahan. Dari ratusan siswa, hanya puluhan yang akhirnya lulus. Sebagian berhenti sekolah, menikah muda, atau merantau.
Namun Tarmin berjalan melawan arus. Ia justru menunjukkan keteguhan yang jarang dimiliki anak seusianya. Ia mewakili sekolah dalam Lomba Motivasi Belajar Mandiri tingkat provinsi (Lomojari). Nilai ujian akhirnya pun melampaui siswa-siswa SMP reguler.
Didorong guru pamong, Tarmin melanjutkan pendidikan ke SMK lalu perguruan tinggi. Ia kuliah sambil bekerja di jasa pengetikan, rental komputer, hingga servis komputer untuk membayar biaya studi. Tahun 2008 ia resmi menyandang gelar Sarjana Komputer (S.Kom), dan setahun berikutnya dinyatakan lolos CPNS.
Tugasnya kemudian membawanya ke Ponorogo. Di SMKN 2 Ponorogo, ia mengabdikan diri sebagai guru TKJ, membuktikan bahwa latar belakang hidup yang keras tidak pernah menjadi penghalang untuk meraih puncak karier.
Bagi siswa SMP Terbuka atau jalur pendidikan non-formal lain, Tarmin memberikan pesan yang sangat tegas. “Jangan minder. Keterbatasan itu justru pemacu. Masa depan bukan ditentukan dari nama sekolah, tetapi dari tekad untuk belajar,” tandasnya.
Tarmin juga menyampaikan penghargaan mendalam untuk para guru yang telah membimbingnya sejak awal. Perjalanan panjangnya menjadi cermin bahwa peran guru, sekecil apa pun fasilitasnya, bisa membentuk karakter dan masa depan seseorang.
“Selamat Hari Guru,” ucapnya menutup cerita, sambil berharap para pendidik di Indonesia selalu diberi kekuatan dan balasan terbaik atas dedikasi mereka. Aris Arianto
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.
















































