REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bertugas di tengah samudera menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaut Indonesia. Para pelaut dari Pertamina International Shipping (PIS) yang mendistribusikan kebutuhan energi nasional bertaruh nyawa dalam menjalankan tugasnya.
Captain Andhika Dwi Cahyo mengaku pernah menahkodai kapal tanker minyak mentah di Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Andhika harus berjuang di perairan tersebut sebab cuaca ekstrem. Kala itu, ombak sembilan meter terus menghantam perjalanannya. Berkat kegigihannya, dia mampu menyelamatkan kapal dan kru dari cuaca ekstrem.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Andhika yang kini bertugas sebagai master kapal Pertamina Gas 1, menuturkan, para pelaut Indonesia kini makin dikenal di dunia pelayaran internasional berkat keterampilan dan keuletannya. Hal ini dia dapati langsung dari kolega luar negeri yang ditemui sepanjang melaut di perairan internasional.
“Pada dasarnya, pelaut Indonesia punya kemampuan yang tidak kalah dari pelaut-pelaut luar negeri. Kendati demikian, kita sebagai talenta lokal harus update mengenai regulasi dan ketentuan pelayaran internasional yang terus berkembang dari waktu ke waktu,” terang Andhika lewat keterangan tertulis.
Kisah berbeda datang Captain Adi Nugroho. Pria yang sudah berlayar hampir 30 tahun tersebut mengungkapkan, salah satu ancaman terbesar sebagai seorang pelaut adalah serangan perompak. Meski bersyukur tidak pernah ada bajak laut yang pernah sampai naik ke tanker, namun Adi dan krunya selalu siap siaga menjalankan prosedur pengamanan kapal.
“Jadi ada modus di sekitar Palawan di barat Filipina, ada sejumlah nelayan yang suka menawarkan ikan yang kapalnya cepat sekali, tapi itu sebenarnya itu kamuflase saja karena mereka membawa senjata laras panjang,”kisah Adi lewat keterangan tertulis, Ahad (2/11/2025).
Pelaut perempuan
Berbeda dengan dua rekannya, Pelaut PIS lainnya, 3rd Officer Eka Retno Ardianti, harus menghadapi persepsi publik jika pelaut kurang cocok bagi perempuan. Orang tua Eka pun nyaris menghentikan niatnya memilih karier di dunia bahari. “Tapi mereka akhirnya melunak, dan saya sekarang bisa kerja sambil jalan-jalan,” kata Eka.
Eka yang meniti karier sebagai pelaut dari jenjang kadet pada 2017 silam mengatakan, dia sama sekali tidak mendapat perlakuan yang berbeda dari lingkungan kerja karena semua dinilai dari kompetensi semata. Kendati demikian, Eka menekankan PIS sebagai perusahaan memberikan perhatian lebih terkait kebutuhannya sebagai perempuan.
“Saya merasakan selama ini sudah memberikan kebijakan yang afirmatif yang mendorong pekerja perempuan untuk berkarier secara aman dan nyaman, sehingga kami pun dapat terus fokus meningkatkan kemampuan dan melayani kebutuhan energi,” jelas Eka.

9 hours ago
15

















































