TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami dan gempa bumi yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi titik awal pertemuan Martunis dan Cristiano Ronaldo. Ratusan ribu orang meninggal dunia akibat bencana ini. Salah satu kisah tsunami Aceh 2004 yang menyentuh hati adalah cerita tentang Martunis.
Martunis adalah seorang bocah Aceh yang dijadikan anak angkat oleh bintang sepak bola Cristiano Ronaldo yang saat itu bermain di Manchester United (MU). Kisah Martunis menarik perhatian dunia dan menimbulkan simpati. Termasuk bagi pemain Timnas Portugal itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat daerah tempat tinggalnya diterjang Tsunami, Martunis hanyut ke laut akibat terseret gelombang. Dia selamat setelah terhempas ke rawa-rawa. Namun, dia butuh waktu puluhan hari untuk ditemukan. Tak cuma itu, Martunis juga harus merelakan kepergian ibu dan saudaranya akibat peristiwa itu.
Martunis mungkin tak dijadikan anak angkat oleh Ronaldo kalau hari itu dia tak mengenakan baju Timbas Portugal. Rencananya, Minggu pagi, 26 Desember 2004, dia dan kawan-kawannya akan main bola. Martunis baru saja mau bermahkota dengan mengenakan baju bolanya itu ketika tsunami tiba-tiba datang. Tak jadi main bola, dia digeret ibunya naik mobil pikap tetangga.
Namun saat gulungan ombak tsunami menghantam, mobil itu pun tenggelam bersama penumpang-penumpangnya. Termasuk Martunis, ibu, dan saudara-saudaranya. Martunis berhasil menyelamatkan diri ke permukaan air sebelum mobil tenggelam. Dia sempat menarik lengan saudaranya namun tak berhasil karena terhempas lajunya air tsunami.
Martunis berhasil meraih sepotong kayu dan menjadikannya sebagai pelampung. Sementara ibu dan saudaranya hanyut terseret gelombang tsunami. Itulah kenangan terakhir dia bersama ibu dan saudaranya. Mereka terpisah untuk selamanya. Ayah Martunis saat itu bekerja di tambak.
Sebagai upaya untuk mempertahankan hidup, Martunis berpindah dari pelampung kayunya ke kasur yang melintas di dekat. Naasnya kasur itu malah tenggelam. Beruntung ada sebatang pohon yang masih berdiri. Bocah kelas tiga SD itu akhirnya memanjat pohon tersebut untuk bertahan hidup. Saat air tsunami kembali ke laut, tubuhnya terseret lagi. Tapi justru hal ini menyelamatkannya.
Setelah terseret, tubuh Martunis akhirnya terdampar di kawasan rawa-rawa dekat makam Teungku Syiah Kuala. Setelah 21 hari bertahan, Martunis ditemukan pada 15 Januari 2005. Diketemukannya bocah itu diliput oleh media Inggris yang kebetulan ada di lokasi. Gambarnya kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Sosoknya bahkan menarik simpati para pemain Timnas Portugal lantaran Martunis mengenakan jersey negara mereka. Termasuk di antaranya Luis Figo, Nuno Gomes, Cristiano Ronaldo, pelatih Luiz Felipe Scolari, serta Gilberto Madail, ketua Federasi Sepak Bola Portugal. Akhirnya Federasi Sepak Bola Portugal mengundang secara resmi Martunis ke negaranya. Selain itu, dia juga diangkat anak oleh Cristiano Ronaldo.
Ketika berusia 18 tahun, Martunis juga sempat menimba ilmu di sekolah sepak bola Sporting Lisbon, Portugal. Anak angkat Cristiano Ronaldo ini sebelumnya berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Real Madrid di Banda Aceh. Selain itu, dia ikut bermain bersama sejumlah klub amatir.
Martunis menikah dengan Sriwahyuni pada 31 Maret 2020. Ayah dari seorang anak perempuan ini juga sempat aktif menjadi seorang vlogger di kanal YouTube miliknya, Martunis Ronaldo 07.
Terbaru, Martunis diangkat menjadi duta kemanusiaan global untuk platform digital Disaster dan Climate Technology Hub di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Jumat, 20 Desember 2024.
"Saya selalu merasa, hidup saya diselamatkan untuk suatu tujuan yang lebih besar. Saya ingin dunia tahu bahwa bencana bukan hanya statistik. Di balik angka-angka itu ada manusia, ada cerita, ada harapan yang hancur, namun selalu ada jalan Tuhan," kata Martunis dalam laman Global Volunteers Gathering, Minggu, 22 Desember dilansir dari Antara.
Sebagai duta dan penyintas bencana Tsunami Aceh, Martunis akan berbicara pada dunia dan bekerja bersama relawan global dari berbagai organisasi kemanusiaan guna membawa suara korban bencana ke panggung global. "Dunia ini saling terhubung dan tugas kita adalah memastikan tak ada seorang pun yang ditinggalkan ketika bencana melanda," sambungnya.
Hendrik Khoirul Muhid berkontribusi dalam penulisan artikel ini.