Kredit Perbankan Naik 7,7 Persen, Sinyal Pemulihan Ekonomi Menguat

5 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan pada September 2025 meningkat 7,70 persen secara tahunan atau mencapai Rp8.163 triliun. Kenaikan ini menandakan aktivitas intermediasi mulai menggeliat di tengah tren penurunan suku bunga.

“Kinerja intermediasi perbankan pada saat ini stabil dengan profil risiko yang terjaga dan aktivitas operasional perbankan tetap optimal untuk memberikan layanan keuangan bagi masyarakat. Di September 2025 kredit tumbuh sebesar 7,70 persen yoy,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam Konferensi Pers RDK Bulan Oktober 2025, Jumat (7/11/2025).

Dian menjelaskan, berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh paling tinggi yakni 15,18 persen, diikuti kredit konsumsi 7,42 persen, dan kredit modal kerja 3,37 persen. Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 11,53 persen, sementara kredit UMKM hanya naik 0,23 persen.

Kinerja DPK juga menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan 11,81 persen yoy menjadi Rp9.695 triliun, lebih tinggi dibandingkan Agustus yang tumbuh 8,51 persen. Kondisi ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan masih kuat.

Likuiditas industri perbankan juga tetap longgar. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing berada di level 130,47 persen dan 29,30 persen, jauh di atas ambang batas minimal

“Masih di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Adapun liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 205,94 persen,” ujar Dian.

Kualitas kredit perbankan terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 2,24 persen dan NPL net 0,87 persen. Sementara rasio loan at risk (LAR) tercatat 9,52 persen, menurun dari bulan sebelumnya.

Adapun permodalan perbankan tetap kuat dengan capital adequacy ratio (CAR) mencapai 26,15 persen, menjadi bantalan penting menghadapi ketidakpastian global. “Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian global,” imbuhnya.

Meski pertumbuhan kredit menunjukkan tren positif, tantangan bagi sektor UMKM masih besar mengingat pertumbuhan kreditnya mendekati stagnan. Penguatan kebijakan untuk mendorong akses pembiayaan pelaku usaha kecil perlu menjadi fokus lanjutan pemerintah dan otoritas keuangan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |