TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi meninggal pada Senin di usia 85 tahun.
Seperti dilansir Channel NewsAsia, Abdullah yang akrab disapa Pak Lah, menjadi perdana menteri kelima Malaysia pada 2003, menyusul pengunduran diri Mahathir Mohamad setelah 22 tahun berkuasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pak Lah meninggal di National Heart Institute di Kuala Lumpur pada pukul 19.10. Hal ini diumumkan menantu laki-lakinya sekaligus mantan menteri kesehatan Khairy Jamaluddin dalam sebuah unggahan di Instagram.
Abdullah dirawat pada Ahad pagi setelah mengalami kesulitan bernapas dan segera ditempatkan di ruang perawatan intensif, kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.
"Terlepas dari semua upaya medis, ia meninggal dengan tenang, dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya," tulis Khairy.
Memberikan penghormatan kepada Abdullah, National Heart Institute mengatakan ia adalah seorang pemimpin yang membawa "ketenangan dan kasih sayang dalam pelayanan publik".
"Kontribusinya bagi negara, khususnya dalam membina persatuan dan pemerintahan yang baik, akan selalu dikenang dengan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam," ujar lembaga itu.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim memuji prestasi Abdullah.
"Pak Lah mengajarkan kita arti kemanusiaan dalam kepemimpinan," kata Anwar dalam sebuah postingan Facebook. Ia menambahkan bahwa mantan perdana menteri itu bukan sekadar pemimpin, tetapi juga orang yang "berhati besar".
Anwar mencatat bahwa Abdullah selalu menjadi sosok yang menenangkan di tengah gejolak politik, dan selalu bersikap sopan bahkan ketika mereka berada di kubu yang berseberangan. "Begitu besar jiwa seorang negarawan besar," katanya.
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong turut menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Malaysia.
"Selama enam tahun menjabat sebagai perdana menteri, Tun Abdullah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan sosial dan ekonomi Malaysia," kata Wong, seraya menambahkan bahwa Abdullah adalah pemimpin yang disegani yang membantu ASEAN "berdiri tegak di dunia".
Wong mengatakan bahwa Singapura "beruntung menganggap Tun Abdullah sebagai teman".
"Bekerja sama dengannya, kami memperdalam kerja sama di berbagai bidang yang menjadi kepentingan bersama, seperti pengembangan Iskandar Malaysia, dan membuat kemajuan yang baik dalam berbagai isu bilateral.
"Ini meletakkan dasar yang kuat bagi hubungan baik kedua negara saat ini."
PAK LAH
Abdullah lahir di Penang pada 1939. Ia adalah anak tertua dari empat bersaudara dari pasangan Khailan Hassan dan Ahmad Badawi, seorang tokoh agama dan politik terkemuka di partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).
Abdullah, seorang sarjana studi Islam di Universitas Malaya, memulai kariernya sebagai pejabat diplomatik dan pegawai negeri pada 1964. Tahun berikutnya, ia menikah dengan Endon Mahmood dan dikaruniai dua orang anak.
Ia terjun ke dunia politik pada 1966, tetapi mengambil peran yang lebih aktif di UMNO setelah ayahnya meninggal pada 1977.
Pada 1978, ia mencalonkan diri untuk kursi parlemen di daerah pemilihan Kepala Batas di negara bagian asalnya dan menang dengan suara mayoritas 5.029 suara.
Tiga tahun kemudian, ia diangkat menjadi anggota Kabinet di bawah Mahathir, menjabat sebagai menteri di Departemen Perdana Menteri.
Ia kemudian memegang beberapa peran Kabinet lagi di bawah Mahathir. Abdullah diangkat sebagai wakil perdana menteri pada 1999, menyusul pemecatan mendadak wakil Mahathir sebelumnya, Anwar Ibrahim, yang pada 1998 didakwa melakukan korupsi dan sodomi. Para kritikus mengatakan tuduhan tersebut bermotif politik.
Pada 2003, Mahathir mengundurkan diri, dan Abdullah, penggantinya yang dipilih sendiri, menjadi perdana menteri kelima Malaysia.
Dalam pemilihan umum yang diadakan tahun berikutnya, Abdullah menerima dukungan luas, berkampanye dengan sumpah untuk memberantas kemiskinan dan menghapuskan kronisme dan korupsi yang telah menjadi slogan masa jabatan panjang Mahathir.
Ia juga menganut versi Islam moderat yang bertujuan untuk kemajuan ekonomi dan teknologi ketimbang fundamentalisme agama. Namun, ia dikritik publik atas tinjauannya terhadap subsidi BBM yang menyebabkan kenaikan harga yang tajam.
Abdullah mengundurkan diri pada 2009, setahun setelah pemilu yang menyebabkan koalisi Barisan Nasional yang berkuasa saat itu kehilangan mayoritas parlemen untuk pertama kalinya dalam sejarah negara tersebut. Ia digantikan oleh Najib Razak.
Kekhawatiran tentang kesehatan Abdullah meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan Khairy mengungkapkan pada September 2022 bahwa Abdullah menderita demensia.
Pengumuman tersebut dibuat setelah diskusi keluarga, karena banyak orang bertanya tentang kesehatan mantan pemimpin tersebut, katanya saat itu.
Khairy mengatakan Abdullah tidak ingat nama-nama anggota keluarga, kesulitan berbicara, dan juga harus menggunakan kursi roda.