Berbagai kategori drone tempur yang digunakan dalam dunia militer.
14 April 2025 | 18.09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam beberapa dekade terakhir, drone tempur telah menjadi salah satu inovasi paling signifikan dalam dunia militer. Pesawat tempur nirawak, atau yang biasa disebut drone tempur, adalah jenis pesawat tanpa awak (UAV) yang dirancang untuk berbagai tugas militer, seperti pengumpulan intelijen, pengawasan, pengintaian, serta penyerangan.
Dirangkum dari p2k.stekom.ac.id, drone ini dilengkapi dengan senjata seperti rudal, bom, atau peluru kendali anti-tank (ATGM) yang dipasang pada bagian tertentu untuk mendukung misi serangan. Biasanya, drone tempur dikendalikan oleh operator manusia secara langsung melalui sistem jarak jauh, meskipun beberapa memiliki tingkat otonomi tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbeda dengan drone pengintai yang hanya digunakan untuk pengawasan, drone tempur dirancang khusus untuk melakukan serangan sekaligus mengumpulkan data intelijen di medan perang. Karena tidak memerlukan pilot manusia di dalamnya, drone ini tidak membutuhkan peralatan tambahan seperti kokpit atau sistem pendukung kehidupan. Hal ini membuat ukurannya lebih kecil dan bobotnya lebih ringan dibandingkan pesawat berawak.
Saat ini, banyak negara telah mengoperasikan drone tempur buatan sendiri atau sedang mengembangkan teknologi ini, sementara lainnya memilih untuk mengimpor drone bersenjata dari negara lain.
Evolusi Drone Tempur
Awalnya, drone digunakan untuk misi pengawasan dan pengintaian. Perang Vietnam pada 1970-an menjadi salah satu momen penting dalam sejarah penggunaan drone di medan perang. Seiring waktu, peran drone berkembang pesat hingga mampu meluncurkan serangan rudal presisi tinggi, membawa bom berat, dan bahkan berfungsi sebagai pendukung operasi militer lainnya.
Selama Perang Dunia II, minat terhadap pengembangan kendaraan udara tak berawak meningkat pesat akibat kerugian besar yang ditimbulkan oleh pesawat pengintai. Meskipun teknologi drone telah melalui proses pengembangan selama bertahun-tahun, penggunaannya secara efektif untuk observasi baru terjadi pada 1973, tepatnya saat berlangsungnya Perang Vietnam.
Di era modern, drone militer atau UAV menjadi alat yang sangat diminati di medan perang. Keunggulan utama perangkat ini adalah kemampuannya untuk menjalankan misi tanpa harus menempatkan personel di garis depan. Jika drone mengalami kerusakan atau bahkan hancur, tidak ada risiko kehilangan nyawa karena tidak ada awak di dalamnya. Hal ini menjadikan drone sebagai solusi praktis dan efisien dalam operasi militer masa kini. Saat ini, banyak negara telah mengembangkan teknologi drone militer dan melengkapi alat utama sistem senjata atau alutsista mereka sendiri.
Kategori Drone Tempur
Drone tempur memiliki berbagai kategori berdasarkan fungsi dan spesifikasinya. Drone pengintai adalah teknologi yang dirancang untuk mengumpulkan data intelijen dengan kemampuan pengawasan jarak jauh.
Drone tempur dengan fungsi pengintaian ini seperti pada RQ-4 Global Hawk yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk misi pengumpulan data ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) untuk mendukung pasukan kombatan gabungan dalam operasi masa damai, kontingensi, dan masa perang di seluruh dunia.
Selain drone tempur pengintai, pengembangan drone tempur dalam dunia militer juga dilengkapi dengan persenjataan lengkap. Dinukil dari stekom.ac.id, perusahaan Duke Robotics dari Amerika Serikat telah mengembangkan berbagai jenis drone tempur yang dilengkapi dengan senjata canggih.
Drone-drone ini bisa dipasangi senjata seperti senapan ASR/25, M321A, dan M4, yang dirancang khusus untuk pertempuran jarak dekat. Karena fokusnya pada kontak langsung, drone ini dilengkapi dengan perlengkapan taktis yang memungkinkan mereka beroperasi secara efektif dalam situasi tersebut. Jenis drone yang digunakan untuk pertempuran jarak dekat biasanya memiliki sistem baling-baling, karena desain ini lebih cocok untuk manuver di area sempit.
Namun, jika pertempuran dilakukan dari jarak jauh, jenis drone yang digunakan berbeda. Drone dengan sayap tetap atau fixed wing, yang bentuknya menyerupai pesawat kecil tanpa awak, lebih ideal untuk misi jarak jauh.
Drone tempur ini dapat membawa senjata seperti peluru kendali dan bom. Keunggulan utama drone sayap tetap adalah kemampuannya terbang di ketinggian tinggi dan dioperasikan dari jarak jauh, sehingga sulit dideteksi oleh musuh kecuali menggunakan radar.
Indonesia juga memiliki drone jenis sayap tetap bernama Elang Hitam, yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia. Drone ini termasuk kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE) dan telah mendapatkan sertifikasi dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA). Elang Hitam dirancang untuk tugas-tugas pertahanan maritim, seperti pemantauan, pengawasan, pengintaian, pengumpulan intelijen (P4I), serta penindakan terhadap ancaman maritim. Drone ini juga dapat dilengkapi dengan senjata khusus untuk mendukung operasi militer.