Mengapa Penderita Hipertensi Tidak Boleh Berhenti Minum Obat?

1 month ago 35

TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang berisiko di dunia, terutama bagi penderita yang telah berusia lanjut. Orang yang memiliki penyakit hipertensi biasanya akan mengonsumsi obat dalam waktu yang lama, bahkan bisa seumur hidup dan tidak boleh dihentikan meski penderitanya merasa dalam kondisi sehat. Mengapa demikian?

Hipertensi terjadi ketika kekuatan darah yang mendorong melalui pembuluh darah secara konsisten terlalu tinggi. Dilansir dari Healthline, pengobatan hipertensi meliputi pengobatan dengan resep dokter dan perubahan gaya hidup sehat. Tanpa pengobatan, hipertensi dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, termasuk serangan jantung dan stroke.

Ketika seseorang didiagnosis menderita hipertensi, biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat, di antaranya obat penghambat beta, diuretik alias pil air, penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), penghambat reseptor angiotensin II (ARB), penghambat saluran kalsium, dan agonis alfa-2.

Obat-obatan tersebut harus dikonsumsi secara rutin sesuai anjuran dokter. Meski dianggap dapat mampu mengendalikan kondisi tekanan darah, namun pada sebagian penderitanya, obat-obatan tersebut bisa jadi harus dikonsumsi dalam waktu yang lama atau bahkan seumur hidup. 

Selain itu, meski penderitanya merasa kondisinya sudah membaik atau sehat, obat-obat untuk hipertensi tetap harus dikonsumsi. Penderita hipertensi tidak diperkenankan untuk menghentikan konsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter. Kendati demikian, bukan berarti menghentikan pengobatan hipertensi mustahil dilakukan. 

Dikutip dari laman Verywell Health, aman atau tidaknya menghentikan pengobatan tekanan darah tergantung pada apa yang menyebabkan hipertensi bagi seseorang. Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara umum terbagi dalam dua kategori, yakni yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.

Faktor yang dapat dimodifikasi adalah hal-hal yang dapat diubah meliputi masalah pola makan, termasuk terlalu banyak garam, tingkat aktivitas rendah, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan stres. 

Sementara bagi orang dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah, perubahan gaya hidup mungkin tidak cukup untuk menurunkan tekanan darah sehingga tidak dapat menghentikan pengobatan tekanan darah.

Penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat diubah meliputi penyakit ginjal kronis, diabetes, riwayat keluarga tekanan darah tinggi (genetika), usia lanjut, apnea tidur; gangguan dan kanker tiroid. 

Risiko Menghentikan Pengobatan 

Jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh faktor yang tidak dapat diubah, penderitanya mungkin tidak dapat berhenti minum obat. Hal ini terutama berlaku saat mereka bertambah tua. Untuk diketahui, usia merupakan faktor risiko hipertensi. Selain itu, usia juga mempersulit penanganan penyakit kronis.

Penderita hipertensi harus selalu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan atau dokter sebelum menghentikan pengobatan tekanan darah. Apabila menghentikan pengobatan secara tiba-tiba dilakukan, tentu ada risiko yang membahayakan untuk dirinya sendiri.

Risiko itu dapat menyebabkan hipertensi berulang dan risiko kesehatan serius, termasuk kerusakan arteri, jantung membesar, disfungsi ereksi, gagal jantung, meningkatnya risiko aneurisma, penyakit arteri koroner, atau stroke, gangguan kognitif ringan atau demensia vaskular, potensi gagal ginjal, dan retinopati dan masalah mata lainnya. 

Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan gejala serius. Misalnya, beta-blocker propranolol yang dapat menyebabkan nyeri dada atau serangan jantung jika dihentikan secara tiba-tiba. 

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |