Mengapa Pesawat Tidak Melewati Tibet? Ini Penjelasannya

3 weeks ago 13

TEMPO.CO, JakartaSaat melakukan perjalanan udara, rute penerbangan pesawat biasanya melintasi berbagai negara dan kawasan yang beragam. Namun, Tibet adalah salah satu wilayah yang jarang atau bahkan hampir tidak pernah dilalui oleh pesawat. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa pesawat tidak melewati Tibet? 

Tibet adalah dataran tinggi yang terletak di barat daya Tiongkok. Meski Tibet terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan pegunungan Himalaya yang megah, wilayah ini bukanlah jalur yang ideal bagi pesawat komersial. 

Salah satu alasannya karena Tibet memiliki medan geografis yang ekstrem dengan ketinggian rata-rata sekitar 4.500 meter di atas permukaan laut. 

Selain masalah geografis, ternyata ada beberapa alasan lain balik penghindaran ini. Mengutip Simply Flying, berikut beberapa alasan utama mengapa pesawat lebih memilih menghindari Tibet saat terbang.

Alasan Kenapa Pesawat Tidak Melewati Tibet

1. Ketinggian Medan

Salah satu faktor utama yang menyebabkan pesawat menghindari wilayah Tibet adalah ketinggian medan yang sangat tinggi karena berada di atas 14.000 kaki. 

Apabila pesawat mengalami keadaan darurat di wilayah ini, seperti masalah teknis atau tekanan kabin yang turun, pilot harus menurunkan ketinggian pesawat dengan cepat untuk mencapai udara yang lebih bertekanan. 

Namun, dengan medan yang tinggi ini, pesawat tidak akan mampu turun dengan cukup. Oleh karena itu, banyak maskapai penerbangan memilih untuk tidak melewati wilayah Tibet sama sekali untuk menghindari situasi di mana pesawat tidak dapat turun dengan cukup cepat.

2. Risiko Turbulensi

Turbulensi dalam penerbangan disebabkan oleh aliran udara yang bergerak naik turun secara berombak dengan kecepatan berbeda-beda. Beberapa faktor yang menyebabkan turbulensi adalah keberadaan pegunungan dan cuaca. 

Saat udara melewati wilayah pegunungan seperti Tibet, arusnya cenderung naik dan menciptakan aliran yang dapat mengganggu. Tak heran wilayah pegunungan tinggi memiliki kecenderungan turbulensi yang lebih sering terjadi dan sulit dihindari. 

3. Risiko Pembekuan Bahan Bakar Jet

Alasan lainnya juga berkaitan dengan kondisi pegunungan. Di ketinggian ini, suhu menjadi sangat rendah, meningkatkan risiko bahan bakar jet membeku. 

Iklan

Bahan bakar standar Jet A1 memiliki titik beku -47 derajat Celsius (sedangkan Jet A, yang lebih umum digunakan di AS, memiliki titik beku yang sedikit lebih tinggi pada -40 derajat).

Suhu ekstrem seperti ini jarang tercapai, terutama dalam waktu yang lama. Namun, di ketinggian yang melewati pegunungan dingin, risiko tersebut bisa semakin besar.

4. Masalah Oksigen

Selain itu, ketinggian wilayah Tibet yang ekstrem dapat menimbulkan masalah oksigen bagi penumpang jika terjadi penurunan tekanan kabin. Pasokan oksigen di dalam pesawat memang dirancang untuk keadaan darurat jangka pendek. 

Namun, jika pesawat perlu menurunkan ketinggian di atas Tibet untuk mencapai kondisi aman, maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Sehingga meningkatkan risiko terhadap keselamatan penumpang.

5. Minimnya Bandar Udara Alternatif

Tibet hanya memiliki beberapa bandara, dan kebanyakan dari mereka terletak di area yang sulit dijangkau dengan infrastruktur yang terbatas. 

Jika pesawat mengalami keadaan darurat, pilot akan kesulitan menemukan tempat untuk mendarat dengan cepat, meningkatkan risiko bagi keselamatan penumpang dan kru. 

Karena medannya yang ekstrem dan lokasi terpencil, di Tibet hanya ada bandara internasional di Lhasa dan Xining, dengan penerbangan yang umumnya beroperasi ke Tiongkok dan beberapa di antaranya ke daerah lain. Ada pun maskapai penerbangan yang dominan di wilayah ini yaitu Tibet Airlines. 

Pilihan Editor: Mengintip Kabin Bisnis Cathay Pacific dengan Fitur Mewah dan Privasi Penuh

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |