Mengintip Jantung Peradaban Teknologi AION di Guangzhou Cina

5 hours ago 9

GOOTO-Lima jam lebih penerbangan Jakarta-Tiongkok sama sekali tidak membuat mata terpejam. Rasa kantuk yang mendera sejam sebelum pesawat lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, punah saat melayang di atas laut Cina Selatan.

Iklan

Bahkan ketika mendarat pada 13.30 waktu setempat di selasar imigrasi Bandara Internasional Baiyun, di Guangzhou pun, mata ini masih belum mengatup. Muasalnya karena pikiran saya terus bertanya-tanya: seperti apa wajah peradaban Tiongkok di milenium kedua ini?

Stereotip yang melekat, dan menjadi jualan film-film box office Hollywood, orang-orang Asia (Cina) jago beladiri kungfu, yang lihai ginkang dan berlarian di pucuk pohon dan genteng perumahan. Memang di media massa dan sosial media, terutama TikTok, banyak berseliweran video dan narasi yang menampilkan sisi modern, robotik, artificial intelligence dan teknologi Negeri Tirai Bambu di masa kini.

Namun, hal itu tidak cukup untuk membulatkan keyakinan bahwa negara yang saat ini berpenduduk lebih dari 1,4 miliar, ini, memang benar-benar menguasai betul teknologi maju, terutama kendaraan berbasis listrik.

Pemakai kendaraan listrik di Jalan Penglaizheng, Guangzhou, Cina. Motor dan mobil listrik sudah menjadi hal yang biasa di Tiongkok. Foto Gooto/Nugroho Adhi

Kemajuan teknologi dalam spektrum yang berbeda mungkin bisa disandingkan ribuan tahun lalu ketika Tiongkok berjaya di masa Dinasti Qin berkuasa (246-210 SM) sang pelopor Tembok Besar Cina dan mendirikan taman akhirat megah dengan lebih dari 8000 patung terakota. Atau, mundur lebih jauh lagi ke belakang ketika perkembangan budaya dan inovasi Tiongkok, terutama penemuan tulisan berkembang selama Dinasti Shang berkuasa selama 600 tahun sejak 1600 SM.

Mungkin juga bisa disejajarkan dengan masa keemasan Cina semasa Dinasti Han (206 SM–220 M) yang menjadi tonggak zaman keemasan Tiongkok dalam perdagangan dunia melalui Jalur Sutra yang legendaris itu. Perdagangan global Cina kuno yang membentang dari Asia ke Mediterania dan Afrika Timur.

Tiongkok saat ini merupakan bukti evolusi peradaban tinggi yang masyhur sejak ribuan tahun lalu, ketika Dinasti Xia yang dipercaya menjadi penguasa pertama Tiongkok kuno di kurun 2000 tahun sebelum Masehi (SM).

Sebagian besar pertanyaan itu pelan-pelan terjawab ketika berada di Distrik Panyu, Guangzhou, Guangdong, Tiongkok, pekan terakhir April lalu, dua hari sebelum pembukaan Auto Shanghai 2025.Sebelum berada di Shanghai, selama dua hari, Gooto dan sejumlah media massa nasional dan pegiat sosial media, berada di Guangzhou, tepatnya di pusat riset dan pengembangan dan pabrik perakitan mobil listrik AION yang berada di Distrik Panyu, Guangzhou, Guangdong, Tiongkok.

AION merupakan sub-brand dari Guangzhou Automobile Group Co.,Ltd (GAC)  International, yang di Indonesia dipasarkan dalam dua segmen pasar; AION yang mengandalkan performa, teknologi, dengan harga ekonomis, dan HYPTEC untuk premium, lengkap dengan fitur canggih dan desain mewah yang berkelas.

“Kami mengajak untuk menyaksikan sendiri pusat riset, pengembangan teknologi, dan pabrik mobil AION di Guangzhou yang tidak hanya berteknologi tinggi tetapi juga menciptakan teknologi yang aman bagi pengendara dan lingkungan,” kata Metta Yunita, Head of Marketing AION Indonesia.

Sungai Mutiara (Zhujiang) dengan latar belakang Menara Kanton. Bangunan setinggi 604 meter itu menjadi salah satu tujuan wisata di Cina. Foto Gooto/Nugroho Adhi

Pusat riset GAC berada di tepian alur Zhujiang yang lebih populer dengan sebutan Sungai Mutiara (Pearl River). Di pusat pengembangan inilah tergambar arah inovasi perusahaan di masa depan. Selain clay model (dummy mobil dari tanah liat), juga sejumlah inovasi teknologi mutakhir lahir di sini, seperti sistem bantuan pengemudi canggih AION Digital Intelligent Gateway and Operation (ADiGO), desain eksterior dan interior kendaraan terbaru, serta platform digital yang digunakan di seluruh lini GAC dan AION. Kantor pusat riset dan pengembangan ini menjadi jantung dari strategi inovasi GAC.

Kunjungan berlanjut ke pabrik dan perakitan AION yang berjarak 5 kilometer dari kantor pusat riset. Perjalanan memakan waktu sekitar 10 menit menggunakan mobil. Pabrik yang berdiri di atas lahan lebih dari 470 ribu meter persegi ini tidak hanya fokus pada efisiensi produksi, tetapi juga mengedepankan keberlanjutan. Energi di fasilitas ini didukung oleh smart micro-grid dan panel surya fotovoltaik yang dirancang untuk mengurangi jejak karbon secara signifikan, sejalan dengan komitmen GAC terhadap lingkungan.

Goovy AirJet, di pusat riset dan pengembangan GAC Group di Guangzhou, Cina. Model purwarupa taxi terbang untuk mobilitas perkotaan. Foto Gooto/Nugroho Adhi

Andry Ciu, CEO GAC AION Indonesia mengatakan melalui kunjungan media ini, pihaknya ingin memperlihatkan bahwa GAC bukan hanya tentang teknologi canggih, tetapi juga tentang bagaimana kendaraan mampu menghadirkan kenyamanan dan performa yang relevan untuk kebutuhan konsumen Indonesia. “Kami mengundang media dari Indonesia untuk melihat langsung komitmen GAC terhadap inovasi dan kualitas,” kata Andry.

Tak hanya itu, di area uji lintasan sepanjang 1,6 kilometer, para jurnalis dan pegiat sosmed otomotif pun mencoba langsung berbagai lini kendaraan terbaru AION. Melalui sesi test ride, kami diajak mengeksplorasi teknologi, kenyamanan, dan performa kendaraan yang didesain untuk menjawab kebutuhan mobilitas masa kini, termasuk pasar Indonesia.

AION RT salah satu mobil listrik terbaru GAC Group yang sedang dicoba di pabrik perakitan Guangzhou, Cina. Foto Gooto/Nugroho Adhi.

Ada enam unit AION yang dapat dijajal dengan cara taxi ride (menjadi penumpang di belakang pengemudi ahli), yaitu; GAC AION V–untuk aktivitas urban berdesain kompak dan stylish, GAC AION RT–sedan listrik berdesain sporty dan aerodinamis, GAC E9–model Multi Purpose Vehicle (MPV) dengan sistem Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium berkapasitas kabin luas dan fleksibel., GAC S7– sebuah Sport Utility Vehicle (SUV) model PHEV). Sedangkan dua mobil premium sisanya adalah GAC Hyptec HT–SUV listrik 5-seater dengan desain modern dan performa tinggi, serta GAC Hyptec HL–SUV berukuran besar dengan desain elegan dan kabin super nyaman. 

Meskipun dengan mode taxi ride, awak media mampu merasakan bagaimana kendaraan beradaptasi dengan berbagai tantangan berkendara. Simulasi dari tanjakan dan turunan yang menguji sistem tenaga dan stabilitas, hingga jalur bergelombang yang memperlihatkan ketangguhan suspensi. Di area cruising, peserta menikmati kelembutan laju kendaraan dan kestabilan dalam kecepatan konstan. 

Para peserta juga menikmati pengujian noise, memperlihatkan kemampuan kabin dalam meredam suara luar dan memberikan suasana berkendara yang tenang dan premium. Simulasi real time kondisi nyata berkendara di jalan raya.

Di sisi lain, Andry juga menegaskan peran GAC dalam mempercepat transformasi kendaraan berbasis energi baru, termasuk rencana strategis untuk pasar Indonesia. Apalagi di tengah persaingan pasar mobil listrik yang kian masif di Indonesia. 

Andrew Nasuri, Board of Director Indomobil Group mitra kerja GAC Group di Indonesia, dalam wawancara dengan Gooto di sela-sela gala dinner di Hotel Voco, Guangzhou menjelaskan jika di tengah persaingan merek mobil listrik yang ada di Tanah Air, keputusan pihaknya untuk menjalin kerjasama dengan GAC sudah tepat.

“Produk AION sangat luar biasa. Karena mereka dari GAC Group yang mempunyai pengalaman teknologi yang bekerja sama dengan Toyota dan Honda. Jadi secara kemampuan teknis dan reliability dari standar Jepang. Jadi kami sangat senang sekali bekerjasama dengan mereka. Ini adalah joint venture dengan mereka. Jadi mereka juga ikut investasi di Indonesia. Jadi kerjasama yang sangat long term,” ujar Andrew.

Purwarupa mobil kendara mandiri di pabrik dan perakitan AION GAC Group, di Guangzhou, Cina. Foto Gooto/Nugroho Adhi

Bagaimana dengan GAC Group dalam melihat pasar dan potensi di Indonesia? Wei Haigang, President of GAC International menegaskan bahwa pihaknya sangat yakin dan optimis dengan pasar Indonesia. Ditemui di acara yang sama, sambil menikmati hidangan dan teh hijau Guangzhou, dan dibantu oleh penerjemah Mandarin ke dalam Bahasa Inggris dan Indonesia, Wei menjelaskan soal keseriusan dan optimisme GAC Group memasarkan produk di Indonesia. “Pertama, kami mempunyai kemampuan sendiri dalam teknologi dan kualitas produk. Kedua, karena kami memilih dan memiliki pasangan yang tepat karena bekerja sama dengan Indomobil. Mereka merupakan perusahaan yang sangat bagus di Indonesia,” kata Wei.

Rasanya tidak berlebihan optimisme Wei Haigang ini, mengingat GAC Group merupakan salah satu pabrikan otomotif di Tiongkok yang cukup berpengaruh dan mempunyai segmen pasar yang cukup kuat. Kendaraan listrik produksi GAC masuk tiga besar dalam sepuluh besar merek terlaris di seluruh Cina, berbarengan dengan BYD, Tesla, Changan, Li Auto, Wuling, NIO, XPeng, Zeekr, dan Huawei AITO. 

Saat ini Cina menjadi pasar terbesar dunia – lebih dari 60 persen, untuk kendaraan dan mobil listrik (EV) dengan pertumbuhan luar biasa dalam dua tahun terakhir. Sepanjang 2024 total kendaraan listrik di Tiongkok, baik jenis EV dan PHEV, mencapai lebih dari 20 juta unit. Selain kebijakan dan dukungan dari pemerintah, infrastruktur pengisian daya listrik juga terbilang besar. Saat ini Cina memiliki tak kurang 8,6 juta charger publik.

Sepertinya peradaban teknologi listrik masa ini berkiblat ke Tiongkok. Itulah salah satu jurus kungfu milenium kedua Cina yang semakin canggih dan menggurita di seluruh dunia. *

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |