Meriah, Misa Pesta Nama Pelindung St. Mateus di Panti Asuhan Karuna

2 hours ago 7
Pastor Haryasmara MSF dari Paroki St. Paulus Kleco saat memimpin Misa Pesta Nama Pelindung Lingkungan St. Mateus | Foto: Suhamdani

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Lingkungan St. Mateus di Kelurahan Gentan, Sukoharjo menggelar Misa Pesta Nama Pelindung Lingkungan dengan mengusung tema “Semangat St. Mateus Menjiwai dan Menginspirasi untuk Terus Mengabdi dan Melayani”. Misa berlangsung di Aula Panti Asuhan Karuna, Jalan Jaka Tingkir, Senin (22/9/2025) pukul 18.00 WIB.

Misa dipimpin oleh Pastor Haryasmara MSF dari Paroki St. Paulus Kleco. Dalam kotbahnya yang cair dan komunikatif, Pastor Haryasmara mengulas sosok St. Mateus, seorang yang awalnya merupakan seorang pemungut cukai dan kerap dicap oleh kaum Israel sebagai antek penjajah Romawi. Namun kemudian, Mateus dipilih Yesus menjadi salah satu murid-Nya dan dikenal luas sebagai pengarang dan penulis Injil.

Suasana hangat dan penuh keakraban tampak mewarnai acara wawan hati usai Misa | Foto: Suhamdani

Dikisahkan, bahwa suatu ketika Yesus makan bersama dengan Mateus, sehingga hal itu memicu terjadinya kontroversi. Yesus yang merupakan orang suci, makan bersama dengan seorang pemungut pajak, yang saat itu memiliki konotasi negatif di tengah masyarakat ketika itu.  Orang banyak pun bertanya, mengapa Yesus mau makan bersama orang berdosa?

“Dan Yesus pun menjawab ‘Aku datang untuk mencari orang berdosa supaya ia bertobat’.  Demikian, akhirnya Mateus berbalik mengikuti Yesus dan menjadi pengarang Injil,” ungkapnya.

Pastor Haryasmara MSF berpose bersama dengan warga lingkungan St. Mateus, Gentan, Baki, Sukoharjo | Foto: Suhamdani

Sepanjang kotbah, Pastor Haryasmara kerap menyelipkan candaan segar yang komunikatif, diselingi sapaan akrab baik kepada anak-anak maupun umat yang lebih dewasa. Dalam salah satu candaannya, Pastor mengatakan akan bertanya kepada umat yang paling tua terlebih dahulu, lalu disusul pada umat paling muda.

“Itu ibu-ibu yang pakai topi putih,” ujarnya.

Penasaran dengan ucapan Pastor, umat pun menoleh ke belakang mengikuti arah pandangnya. “Itu, ibu yang saya maksud kok ikutan noleh?” Sadar dengan maksud candaan Pastor, seorang ibu di baris kedua yang rambutnya telah memutih baru menyadari dirinya yang dimaksud. Ia pun tak kuasa menahan tawa, membuat seisi aula ikut tergelak.

Pastor Haryasmara MSF berpose bersama dengan anak-anak Panti Asuhan Karuna | Foto: Suhamdani

Tak hanya itu, kepada seorang anak kecil yang duduk di depan, Pastor bertanya apakah berani mati demi mengikuti Yesus. Anak itu pun menjawab, berani. Pastor lantas menimpali santai, “Ya, nanti saya doakan supaya masuk surga…” Candaan ini seketika membuat suasana makin cair.

Gangguan mikrofon yang cukup lama di awal Misa pun tak luput jadi bahan candaan Pastor. Seorang anak panti maju untuk memperbaikinya, dan setelah selesai dan ia hendak kembali ke belakang, Pastor berujar, “Terima kasih ya Dik, apa kamu duduk di sini saja dekat mic, daripada wira-wiri.”

Selaras dengan gaya Pastor yang cair dan komunikatif, kotbah yang disampaikannya pun terasa kontekstual dengan situasi terkini. Ia menggambarkan St. Mateus sebagai petugas pajak di era sekarang, yang belakangan sempat ramai diberitakan. Konteks perpajakan masa kini menjadi refleksi atas peran St. Mateus di masa silam.

Di akhir kotbahnya, Pastor Haryasmara mengucapkan selamat kepada warga Lingkungan St. Mateus dan berharap St. Mateus senantiasa menjadi pendoa bagi umat.

Anak-anak Panti Asuhan Karuna baik putra maupun putri tampak  gembira dan ekspresif dalam menampilkan tarian | Foto: Suhamdani

Ketua Lingkungan St. Mateus, Yuli, dalam laporannya menyampaikan bahwa rangkaian acara sebelumnya telah diawali dengan acara jalan sehat keliling lingkungan. Atas kelancaran seluruh rangkaian hingga acara puncak, ia mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan kekompakan seluruh anggota Lingkungan St. Mateus yang tulus berperan aktif dan mendukung kegiatan tersebut.

Usai Misa dilanjutkan dengan acara wawan hati bersama Pastor Haryasmara MSF yang didampingi perwakilan Dewan Paroki St. Paulus  Kleco, Darmanto. Salah seorang warga, Rusmanto, meminta Pastor menceritakan kisah panggilannya sebagai imam agar bisa bisa menjadi inspirasi bagi  anak-anak muda mengikuti jejaknya.

Pastor pun berbagi pengalaman mengenai pelayanannya di Balikpapan, Kalimantan Selatan, termasuk tantangan mempersembahkan Misa di tengah keterbatasan hingga akhirnya banyak umat memeluk Katolik setelah ia meninggalkan daerah tersebut.

Rangkaian acara ditutup dengan hiburan anak-anak Panti Asuhan Karuna, baik putra maupun putri. Anak-anak TK misalnya, dengan lemah gemulai membawakan tarian beriringan tembang Jawa “Ilir-ilir”. Para siswa tingkat SD mempersembahkan tarian yang sedang tren dan viral, yakni tarian Tabola Bale. Gerakan lincah anak-anak itu, meski hanya dengan pakaian sehari-hari dan tanpa kostum khusus, tetap menarik perhatian audiens. Demikian pula anak-anak usia SMP yang juga membawakan tarian Tabola Bale, namun dengan gerakan lebih tegas dan terarah.

Gerakan lincah, enerjik, dan kocak dari anak-anak tersebut pun membuat suasana malam itu semakin segar, semarak dan penuh kehangatan. [*]

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |