Meski Didukung Alutsista, Pergerakan Tentara Israel ke Gaza Sangat Lambat? Ini Kata Pakar Militer

1 hour ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV—Tentara pendudukan Israel pada Ahad (22/9/2025) mengumumkan masuknya Divisi ke-36 ke Kota Gaza sebagai bagian dari Operasi Kereta Gideon 2.

Ini dilakukan setelah dua pekan meningkatkan kesiapan, sehingga jumlah divisi yang berpartisipasi dalam pendudukan kota tersebut menjadi empat divisi, menurut seorang pakar militer.

Manuver militer Israel untuk menduduki Kota Gaza meliputi dua divisi reguler (162 dan 36), selain Divisi 98 (pasukan terjun payung) dan 99, menurut pakar militer Kolonel Hatem Karim al-Falahi.

Divisi ke-36 terdiri dari lima brigade (Golani, 6, 7 Lapis Baja, 188 Lapis Baja, 263 Lapis Baja) dan dua resimen artileri (219 dan 282), yang berarti kekuatan militer yang besar telah siap untuk digunakan oleh tentara penjajah.

Di lapangan, manuver tersebut berfokus pada garis luar kota dengan mendorong beberapa kolom dari sumbu yang berbeda dan kemudian menyatu pada titik tertentu melalui sumbu berikutnya, kata Al Falahi dikutip dari Aljazeera, Senin (22/9/2025)

Poros barat laut dipimpin oleh Divisi ke-98 menuju lingkungan Al-Karama dan Al-Rimal dan kamp Al-Shati di Gaza barat.

Divisi ke-162 bertanggung jawab atas poros timur laut, beroperasi di wilayah Jabalia dan Jabalia al-Balad hingga Jalan al-Jalaa, yang menghubungkan ke kedalaman Kota Gaza. Divisi ke-99 memimpin poros tenggara menuju lingkungan Zeitoun dan Sabra.

Tentara penjajah bertujuan untuk memperketat pengepungan Gaza dari utara dan timur, di samping wilayah selatan, agar tidak menyisakan ruang untuk pengungsian kecuali melalui Jalan Al-Rasyid (Al-Bahr). Divisi ke-36 akan digunakan di poros barat daya untuk menyelesaikan pengepungan kota atau di beberapa poros untuk memperkuat sektor-sektor militer.

Menurut pakar militer tersebut, operasi militer di Kota Gaza berjalan dengan sangat lambat, karena tentara penjajah Zionis berusaha meminimalkan jumlah korban di barisannya dan juga menyeimbangkan untuk melindungi para tawanan yang ditahan oleh faksi-faksi perlawanan.

Berdasarkan situasi ini, operasi militer dalam bentuknya yang sekarang tidak memenuhi ambisi politik pemerintah Benjamin Netanyahu, terutama mengingat pembicaraan tentang komitmen Perdana Menteri terhadap jadwal pelaksanaannya dengan pemerintah AS.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengancam Israel dengan perang gesekan di Kota Gaza, dan menekankan bahwa kota itu akan menjadi kuburan bagi tentara Israel.

Dalam sebuah pernyataan di Telegram, Al-Qassam mengatakan bahwa mereka telah menyiapkan pasukan syuhada dan ribuan penyergapan dan alat peledak untuk pasukan Israel. Dimulainya dan perluasan operasi darat di Gaza berarti Israel tidak akan mendapatkan tawanan baik hidup maupun mati.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |