(Beritadaerah – Pekalonggan) Belakangan ini, ramai dibicarakan di media sosial soal turunnya produksi ikan. Tapi, hal itu tidak membuat aktivitas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Pekalongan menjadi sepi. Kegiatan di sana masih berjalan meskipun tidak seramai biasanya.
Kepala TPI Kota Pekalongan, Imam Suleni, mengatakan memang ada penurunan produksi ikan, tapi bukan berarti tidak ada aktivitas sama sekali.
“Masih ada kapal yang bongkar ikan, hanya jumlahnya memang berkurang,” ujar Imam saat ditemui di kantornya, Rabu (30 Juli 2025).
Ia menjelaskan, ada beberapa penyebab produksi ikan menurun. Di antaranya adalah cuaca, aturan pajak baru setelah produksi, serta banyak nelayan yang sekarang lebih memilih membongkar ikan di tempat lain yang lebih dekat dengan lokasi mereka menangkap ikan, seperti di perairan Rembang dan Tuban.
“Misalnya, kapal dari kelompok Arek Ragan lebih memilih bongkar di tempat yang dekat supaya bisa hemat bahan bakar,” jelasnya.
Selain itu, aturan baru soal pajak juga ikut memengaruhi. Berdasarkan aturan Kementerian Kelautan dan Perikanan, kapal di atas 30 GT (Gross Ton) dikenakan pajak 10 persen setelah produksi, sedangkan kapal di bawah itu dikenakan pajak 5 persen. Ada juga biaya retribusi fasilitas pelelangan sebesar Rp13.000 per meter persegi.
Dari sisi lokasi, TPI Kota Pekalongan yang berada di muara sungai sering mengalami pendangkalan, terutama saat musim hujan. Sungai Lodji yang menjadi jalur masuk kapal sekarang juga sudah dipasang parapet (dinding sungai) untuk mencegah banjir dan rob. Akibatnya, kapal-kapal besar jadi sulit bersandar.
“Kondisi ini membuat proses bongkar muat kapal besar jadi terhambat,” tambah Imam.
Meskipun begitu, Imam tetap yakin TPI Pekalongan akan terus beroperasi. Saat musim bulan gelap, biasanya ada 3 sampai 5 kapal besar yang bongkar ikan per hari. Sedangkan saat bulan terang, banyak nelayan yang tidak melaut karena hasil tangkapan lebih sedikit.
Untuk jenis ikan yang sekarang paling banyak dilelang di TPI adalah ikan layang dan ikan banyar. Harganya berkisar antara Rp14.000 hingga Rp17.000 per kilogram, tergantung jumlah ikan yang tersedia di pasar.
“Kalau ikan langka, harganya bisa naik karena banyak yang cari. Tapi kalau stok banyak, harganya turun,” jelasnya.
Imam memperkirakan produksi ikan akan naik lagi antara bulan September sampai Desember, karena saat itu biasanya musim ikan tongkol dan lemuru.
“Kami tetap optimis, karena pola seperti ini sudah sering terjadi. Nanti aktivitas di pelelangan akan ramai lagi,” pungkasnya.