Muhammadiyah Sudah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H, Bagaimana dengan Kemenag?

4 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini dibuat berdasarkan hasil penetapan hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H yang dipedomani oleh majelis tarjih dan tajdid PP Muhammadiyah.

Bagaimana dengan Kementerian Agama? Kemenag baru akan menggelar sidang isbat atau penetapan awal Ramadan 1446 H pada Jumat, 28 Februari 2025. Sidang ini akan menentukan awal puasa bagi umat Islam di Indonesia.

Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengatakan, di wilayah Indonesia, 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu Pahing, 1 Maret 2025. Sayuti menyampaikan hal itu dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube resmi PP Muhammadiyah pada Rabu, 12 Februari 2025. Sedangkan untuk Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 H akan jatuh pada Senin Pahing, 31 Maret 2025. 

PP Muhammadiyah juga menetapkan tiga tanggal penting lain, yaitu 1 Zulhijah 1446 H yang jatuh pada Rabu Kliwon, 28 Mei 2025; Hari Arafah 9 Zulhijah 1446 H jatuh pada Kamis Pon, 5 Juni 2025; dan Idul Adha 10 Zulhijah 1446 H jatuh pada Jumat Wage, 6 Juni 2025.

Berdasarkan pantauan Muhammadiyah, pada Jumat Legi, 29 Syakban 1446 H atau 28 Februari 2025, ijtimak menjelang Ramadan terjadi pada pukul 07.00 lebih 46 menit 49 detik WIB. “Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta yaitu plus 4 derajat 11 menit 8 detik sehingga hilal sudah wujud. Pada saat matahari terbenam Jumat, 28 Februari 2025, di seluruh wilayah Indonesia bulan berada di atas ufuk karena itu hilal sudah wujud,” ujar Sayuti.

Sayuti menyebutkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang menghitung peredaran bulan untuk menentukan awal puasa Ramadan dan Idul Fitri. Adapun hisab yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab hakiki dengan kriteria Wujudul-Hilal. Sesuai dengan Keputusan Munas Tarjih ke-23 di Padang pada 2003, Hisab memiliki fungsi dan kedudukan yang sama dengan rukyatul hilal sebagai pedoman penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

Metode hisab memiliki arti perhitungan. Istilah ini kerap digunakan dalam ilmu falak atau ilmu astronomi. Pada ilmu falak, hisab digunakan untuk mencari tahu posisi matahari dan bulan terhadap matahari. Metode hisab berguna untuk menentukan awal bulan kamariah yang didasari oleh peredaran bulan mengelilingi bumi.

Lebih lanjut, metode hisab hakiki dilakukan dengan menggunakan acuan pada gerak faktual bulan di langit. Hal ini memiliki arti awal dan akhir bulan sesuai dengan kedudukan atau perjalanan bulan. Metode ini dipergunakan oleh Muhammadiyah dalam perhitungan waktu, seperti kapan waktu salat, puasa, Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain.

Kemenag Gelar Sidang Isbat Penentuan 1 Ramadan pada 28 Februari

Sementara itu, Kemenag akan menggelar sidang isbat atau penetapan awal Ramadan 1446 Hijriah pada Jumat, 28 Februari 2025. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abu Rokhmad mengatakan rencananya sidang isbat akan dilaksanakan di Auditorium H.M. Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Sidang akan dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung,” kata Abu Rokhmad melalui keterangan tertulis pada Senin, 10 Februari 2025.

Dia menuturkan ada tiga rangkaian yang akan dilakukan dalam sidang isbat. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia. Terakhir, musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan ke masyarakat.

Abu Rokhmad mengajak masyarakat menunggu hasil sidang isbat dan pengumuman pemerintah terkait awal Ramadan 1446 H. Dia menyebutkan hal ini sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. “Kita berharap umat Islam di Indonesia bisa mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama,” kata dia.

Adapun Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) pada Ditjen Bimas Islam Kemenag Arsad Hidayat mengatakan, berdasarkan data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk antara 3 derajat 5 menit 91 detik hingga 4 derajat 40 menit 96 detik, dengan sudut elongasi antara 4 derajat 47 menit 03 detik hingga 6 derajat 24 menit 14 detik. “Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat,” kata Arsad.

Data hisab ini akan dikonfirmasi melalui proses pemantauan hilal atau rukyatul hilal. Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik di seluruh Indonesia. Nantinya, hasil hisab dan rukyat akan dipaparkan pada sidang isbat.

Hanin Marwah, Oyuk Ivani S, dan Khumar Mahendra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Pesan Prabowo Setelah Dipilih Kembali jadi Ketua Umum Partai Gerindra

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |