Muzani: Ide MBG Sudah Ada Sebelum Gerindra Berdiri, Nggak Adil Dinilai Hanya Sebulan

4 days ago 26
Ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Ando

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sekretaris Dewan Pembina Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan gagasan jangka panjang yang telah dirancang jauh sebelum Partai Gerindra berdiri. Karena itu, menurutnya tidak adil apabila keberhasilan program tersebut diukur hanya dalam hitungan bulan.

“Kalau program MBG diukur dalam hitungan bulan tentu tidak terlalu fair,” ujar Muzani saat menutup Musyawarah Nasional Perempuan Indonesia Raya (PIRA) di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Ia mengakui pelaksanaan MBG di tahun pertama masih diwarnai sejumlah kendala, mulai dari keluhan teknis hingga persoalan kualitas makanan. Namun, di sisi lain, Muzani menilai program ini telah memberikan manfaat nyata bagi jutaan pelajar dan santri di berbagai daerah yang sebelumnya kerap berangkat sekolah tanpa sarapan.

“Bayangkan anak-anak yang selama ini berangkat sekolah dengan perut kosong, kini bisa mendapatkan makan siang bergizi. Dampaknya luar biasa terhadap semangat dan daya konsentrasi mereka,” ujarnya.

Muzani menambahkan, kehadiran MBG bukan hanya berorientasi pada peningkatan kesehatan generasi muda, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Menurutnya, keterlibatan UMKM lokal dalam penyediaan bahan pangan membuat perputaran ekonomi semakin hidup dan memperluas lapangan kerja.

“Dampak ganda ini penting. Program MBG bisa menyehatkan anak-anak sekaligus menggerakkan ekonomi rakyat,” jelas Ketua MPR RI itu.

Ia optimistis bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang, program tersebut akan melahirkan generasi Indonesia yang lebih sehat, produktif, dan cerdas. Dengan demikian, beban negara terhadap pembiayaan kesehatan melalui BPJS juga berpotensi berkurang.

“Percayalah, maksud luhur dari program ini tidak akan tergoyahkan oleh pandangan-pandangan yang mencoba melemahkannya,” tegasnya.

Pernyataan Muzani ini muncul di tengah desakan sejumlah pihak agar pemerintah mengevaluasi bahkan menghentikan sementara proyek MBG, menyusul maraknya kasus keracunan di beberapa daerah. Pemerintah pun telah menutup sementara satuan penyelenggara pemenuhan gizi (SPPG) yang dinilai bermasalah, sembari mewajibkan seluruh dapur MBG mengurus Sertifikasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai jaminan keamanan pangan.

Sementara itu, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melaporkan jumlah korban keracunan MBG mencapai 10.482 orang hingga awal Oktober 2025. Lembaga tersebut mendesak pemerintah menutup seluruh dapur MBG hingga proses audit dan perbaikan selesai dilakukan.

Namun, Muzani menilai polemik yang muncul tidak seharusnya menafikan esensi dan tujuan besar program ini. Ia menegaskan MBG merupakan kelanjutan dari gagasan lama Prabowo Subianto yang telah diperjuangkan sejak dua dekade lalu.

Ide “Revolusi Putih” Lebih Tua dari Gerindra

Dalam kesempatan terpisah, Muzani mengungkapkan bahwa gagasan tentang pemenuhan gizi anak bangsa sudah muncul sebelum Gerindra berdiri. Pada 2008, saat partai baru dirintis, Prabowo telah memperkenalkan konsep “Revolusi Putih”, yaitu gerakan memberi susu gratis bagi anak-anak Indonesia.

“Gagasan makan bergizi sebenarnya lahir jauh sebelum Gerindra berdiri. Prabowo sudah menyoroti buruknya asupan gizi anak-anak Indonesia dan menawarkan solusi lewat pemberian susu gratis,” tutur Muzani dalam penutupan Rapat Pimpinan Nasional PIRA di Jakarta Selatan, Sabtu (25/1/2025).

Kala itu, minum susu belum menjadi kebiasaan umum karena harganya yang relatif mahal. “Maka cara paling efektif agar anak-anak bisa minum susu adalah dengan memberikannya secara gratis,” tambahnya.

Dari sinilah Partai Gerindra dikenal dengan sebutan Partai Revolusi Putih, karena setiap peringatan ulang tahun atau kegiatan sosialnya selalu disertai aksi membagi susu kepada anak-anak.

Seiring waktu, ide tersebut berkembang menjadi program makan bergizi yang lebih komprehensif. Dalam debat Pilpres 2024, Prabowo mengusulkan agar pemberian gizi tidak terbatas pada susu, tetapi mencakup makan siang bergizi gratis bagi seluruh anak sekolah di Indonesia.

“Beliau melihat kenyataan banyak anak kita bersekolah tanpa sarapan. Karena itu, program makan siang bergizi menjadi langkah nyata melawan persoalan gizi buruk,” ujar Muzani.

Ia pun mengakui pelaksanaan program di lapangan belum sepenuhnya sempurna, namun pemerintah terus melakukan evaluasi dan penyempurnaan. “Ada yang belum tepat waktu, ada yang kualitasnya belum sesuai. Semua itu jadi catatan untuk perbaikan. Pemerintah berkomitmen terus menyempurnakannya,” pungkasnya. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |