Konferensi Pers Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) 2025 di Surabaya, Jawa Timur, Senin (3/11/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai aset keuangan syariah di Indonesia telah menembus lebih dari Rp3.000 triliun. OJK meyakini, industri keuangan syariah kian menggeliat seiring dengan terus digencarkannya pengembangan literasi dan inklusi keuangan syariah, serta besarnya potensi dan inovasi pendalaman pasar yang dilakukan.
“Pada saat ini, aset keuangan syariah nasional di luar nilai kapitalisasi saham perusahaan-perusahaan terbuka syariah mencapai lebih dari Rp3.000 triliun dan berkontribusi pada pangsa keuangan sebesar 11,4 persen,” ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam agenda Indonesia Islamic Finance Summit (IIFS) 2025 yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, Senin (3/11/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Mahendra menuturkan, capaian tersebut merupakan bentuk kontribusi positif dari seluruh industri jasa keuangan syariah. Hal itu mencakup perbankan syariah, pasar modal syariah, perasuransian syariah, penjaminan syariah, dana pensiun syariah, lembaga pembiayaan syariah, perusahaan modal ventura, lembaga keuangan mikro, dan lembaga jasa keuangan syariah lainnya.
“Industri jasa keuangan sangat besar, dengan potensi masing-masing, apalagi dengan kekuatan sinergi dan integrasi,” ujarnya.
Tingginya potensi industri keuangan syariah, lanjut Mahendra, sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025. Untuk sektor syariah, tingkat literasi tercatat sebesar 43,42 persen, sedangkan tingkat inklusi mencapai 13,41 persen.
“Tingkat inklusi ini merefleksikan pangsa pasar secara aset sebesar 11,4 persen. Jadi jelas, besaran pangsa pasar keuangan syariah akan sangat besar kontribusinya terhadap keuangan nasional,” kata Mahendra.

7 hours ago
9














































