Pakar Kedokteran UMJ : Perubahan Iklim dan Polusi Udara Picu Lonjakan Kasus ISPA di DKI Jakarta

8 hours ago 11

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di DKI Jakarta dilaporkan melonjak tajam hingga mencapai 1,9 juta kasus dalam kurun satu bulan terakhir.

Lonjakan ini menjadi perhatian serius di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu dan tingkat polusi udara yang masih tinggi di wilayah ibu kota.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ) sekaligus spesialis paru, Dr dr Risky Akaputra, Sp.P memberikan penjelasan terkait fenomena meningkatnya kasus ISPA tersebut.

Apa Itu ISPA dan Penyebabnya?

Menurutnya, ISPA merupakan penyakit yang disebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan, baik bagian atas maupun bawah.

“ISPA itu artinya infeksi saluran pernapasan akut, bukan atas seperti yang banyak orang salah paham. Peningkatannya saat ini disebabkan oleh faktor perubahan iklim dan polusi udara yang tinggi,” ujarnya dalam keterangan, Jumat (31/10/2025).

Ia menjelaskan, perubahan cuaca ekstrem dari panas ke hujan, disertai kelembapan tinggi, membuat saluran pernapasan manusia harus beradaptasi.

Kondisi tersebut mendorong tubuh mengeluarkan sekret untuk menjaga sistem pertahanan saluran napas, dan jika ditambah paparan polusi atau asap rokok, maka risiko infeksi meningkat tajam.

Selain faktor lingkungan, kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif juga menjadi penyumbang signifikan meningkatnya kasus ISPA.

“Asap rokok dapat merusak silia, yaitu mekanisme pembersihan alami saluran napas. Sekali hisapan rokok bisa mematikan jutaan silia yang seharusnya melindungi kita dari infeksi,” tambahnya.

Kesamaan ISPA dan COVID-19

Menanggapi pemberitaan yang menyebut gejala ISPA mirip dengan COVID-19, Risky menjelaskan, memang ada kesamaan gejala antara keduanya seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan rasa lemas. Namun, untuk membedakannya secara pasti diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti tes PCR.

“Pemeriksaan PCR bisa membedakan apakah ISPA disebabkan virus COVID-19, Influenza, atau jenis virus lainnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Risky mengungkapkan, peningkatan kasus ISPA saat ini tidak hanya disebabkan COVID-19, tetapi juga oleh meningkatnya kasus influenza, khususnya influenza tipe A seperti H1N1 dan H3N5.

“Influenza tipe A ini yang biasanya menimbulkan penularan kuat. Namun secara umum, influenza tidak menyebabkan kematian tinggi kecuali pada anak-anak dengan infeksi RSV atau Respiratory Syncytial Virus,” ujarnya.

Mencegah Penularan ISPA

Sebagai langkah pencegahan, Risky menekankan pentingnya penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masyarakat diminta rajin mencuci tangan, menggunakan masker terutama bagi yang sedang sakit, menjaga waktu istirahat malam yang cukup, serta rutin berolahraga ringan.

“Selain itu, sangat penting untuk berhenti merokok. Rokok bukan hanya merusak paru, tapi juga menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai virus dan bakteri penyebab ISPA,” tegasnya.

Terakhir, ia mengingatkan agar kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, atau pasien dengan imunitas rendah selalu menjaga kondisi tubuh agar tetap terkontrol.

“Pastikan penyakit penyerta dalam kondisi stabil, karena kelompok inilah yang paling rentan terkena ISPA berat,” pungkas Risky. Lonjakan kasus ISPA yang mencapai 1,9 juta ini menjadi alarm bagi masyarakat untuk lebih waspada.

Upaya pencegahan melalui perilaku hidup sehat, menjaga kualitas udara di rumah, serta kesadaran untuk tidak merokok menjadi langkah nyata dalam menekan penyebaran penyakit pernapasan akut di tengah kondisi lingkungan yang kian menantang.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |