TEMPO.CO, Jakarta - Keahlian digital saat ini semakin diperlukan. Bagaimana tidak, teknologi canggih terus berkembang. Para talenta digital pun perlu terus dilahirkan. Kepala Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Hamdani Pratama, mengatakan talenta digital sangat dibutuhkan khususnya menuju visi Indonesia emas 2045. "Untuk membangun visi Indoneia Digital 2045, Milestone Indoneia Digital, perlu ada 3 pilar yaitu pemerintahan digital, ekonomi digital, dan juga masyarakat digital," katanya lokakarya bertema 'Kerja Sama Digital Indonesia - Korea Selatan' yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation di Jakarta, Kamis awal Oktober 2024.
Hamdani menjelaskan bahwa salah satu hal penting yang perlu dimiliki pemerintahan digital adalah layanan digital yang modern dan juga responsif. Memiliki target ekonomi digital juga artinya memiliki ekonomi inovatif berbasis teknologi digital. Selanjutnya penting pula memiliki masyarakat digital yang berdaya dan berbudaya.
Ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk mencapai ketiga pilar tersebut. Dari tingkat fondasi misalnya, ia mengakui perlunya ada infastruktur digital. Lalu penting pula ada ekosistem digital yang meliputi keamanan data, riset dan inovasi digital, sumber daya manusia digital, juga tak lupa regulasi dan kebijakannya. Selain itu, Hamdani mengatakan untuk mencapai visi tersebut perlu juga mempersiapkan teknologi masa depan, seperti artificial intelligens, internet of things, metaverse, blockchain, quantum computing.
Salah satu yang menjadi catatan utama dalam mempersiapkan visi Indonesia Digital 2045 adalah dalam hal talenta digital. Saat ini Indonesia masih membutuhkan cukup banyak talenta digital. Data Kementerian Komunikasi dan Digital menyebutkan pada 2023 Indonesia baru memiliki 6,06 juta talenta digital, padahal yang dibutuhkan kala itu bisa mencapai 10,51 juta talenta. Artinya, Indonesia masih kekurangan 4,449 juta talenta digital pada 2023.
Tahun berikutnya pun selisih antara permintaan dan persediaan talenta digital pun masih berjumlah 4,223 juta talenta digital. Diperkiarakan pada 2030, selisih antara permintaan dan penyediaan talenta digital bahkan masih mencapai 2,348 juta orang.
Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi pemerintah. Selain dari segi jumlah talenta digital yang masih sangat kurang, pemerataanya pun masih menjadi isu bersama. Data Kementerian Komunikasi dan Digital menyebutkan hingga 2024, baru ada 2 provinsi yang memiliki talenta digital melimpah, mereka adalah DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Selain itu data juga menyebutkan masih ada 19 provinsi di Indonesia, yang sebenarnya membutuhkan jumlah talenta digital yang tinggi, namun hanya sedikit pertumbuhan talenta digital di daerah tersebut. Beberapa di antara provinsi yang masuk dalam kelompok ini adalah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, hingga Sulawesi Selatan. Lalu ada pula kelompok provinsi yang sebenarnya membutuhkan talenta digital yang sedikit, namun pertumbuhan talenta digital di daerah itu pun masih sangat rendah. Beberapa daerah tersebut adalah Sulawesi Utara, Yogyakarta, dan Bangka Belitung.
Untuk mengatasi kebutuhan talenta digital yang masih sangat banyak, Hamdani mengatakan timnya terus berupaya melahirkan para talenta digital melalui peatihan. "Kami menyediakan pelatihan informasi atau kursus jangka pendek terkait talenta digital ini," kata Hamdani.
Untuk meningkatkan komitmen tersebut, pemerintah pun membangun Pusat Talenta Digital. Berbagai pelatihan serta sertifikasi diberikan agar keterampilan digital pun terus terasah bagi masyarakat Indonesia. Organisasi internasional yang berfokus pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, termasuk warisan budaya dunia (UNESCO) menyebutkan bahwa keterampilan digital dibagi menjadi 3 subpillar, yaitu komplementaritas, pengenalan teknologi informasi dan komunikasi, serta keamanan.
Hamdani menjelaskan ada 4 tahap klasifikasi talenta digital yang disiapkan pemerintah. Tahap pertama yang berada di urutan paling bawah adalah talenta digital yang perlu dimiliki masyarakat secara umum. Mereka diharapkan bisa membuat pekerjaan baru dan meningkatkan ekonomi digital.
Lalu tahap selanjutnya adalah talenta digital bagi para pencari kerja atau orang yang baru lulus. Di tahap ini talenta digital biasanya merupakan alumni universitas, atau jurusan vokasi yang bisa menggunakan keahlian digital mereka untuk bekerja, magang.
Kemudian ada pula pelatihan digital untuk para mahasiswa alias college students. Di tahap ini para talenta digital diharapkan sudah bisa memperbarui modul untuk siswa berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan Lembaga Sertifikasi Profesi. Terakhir adalah tingkat talenta digital untuk para profesional dan aparatur sipil negara. Di tingkat ini mereka diharapkan bisa meningkatkan keterampilan dan melatih keterampilan untuk para pekerja lain.
Dalam menyiapkan talenta digital, Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Korea Selatan dalam menyiapkan banyak hal. Kerja sama itu dimulai pada 2009 melalui pembangunan Balai Pelaihan dan Pengembangan Tekonologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) oleh Kementerian Komdigi bersama Badan Pemerintah Korea Selatan yang mengurus bantuan bagi negara berkembang (KOICA) di Cikarang, Bekasi.
Saat balai ini dibuka untuk umum pada 2011, baru ada 432 orang dari masyarakat umum yang mengikuti pelatihan tersebut. Namun terlihat para peminat pelatihan ini pun terus bertambah. Jumlah perserta pelatihan terus meningkat, hingga pada 2022 ada 29,2 ribu masyarakat umum yang 2,5 ribu tenaga vokasi, serta 5,3 ribu orang aparatur sipil negara yang mengikuti pelatihan tersebut. "Secara total sudah ada 63.141 alumni yang mengikuti pelatihan digital ini hingga 2022," kata Hamdani.
Bila dikhususkan, ada 15 bidang pelatihan yang ditawarkan di ICT Traning Center. 3 tema pelatihan yang cukup banyak diminati pada 2023 adalah Pemasaran Digital Dasar, Kewirausahaan Digital Dasar, serta Junior Web Developer. Ternyata pada 2024, tema pelatihan yang cukup populer pun berbeda. Dari 15 tema pelatihan, 3 tema peatihan yang cukup banyak diikuti oleh massyarakat adalah Pemasaran Dgital Dasar, Operator Komputer Madya, seta Associate Data Scientist.
Keamanan Data
Melahirkan para talenta digital tentu saja perlu untuk terus mewaspadai tantangannya. Keamanan data menjadi salah satu sorotan bila kita berbicara soal layanan digital. Manajer Pengembangan Internasional di Institut Informasi Paten Korea Selatan, Janet Sohlhee Yu mengatakan keamanan digital menjadi perhatian khusus di Korea Selatan.
Ia mengingatkan bahwa setiap layanan publik harus dimuali dari data yang bersih dan aman. Hal ini harapannya bisa memberikan kemanan dan menjaga kepercayaan publik. "Sistem yang digunakan lebih transparan dan andal," katanya melalui konferensi virtual dalam kegiatan yang sama.
Yu mengatakan Korea Selatan telah mengembangkan strategi keamanan siber nasional sejak 2019 demi melindungi sektor publik. Hal itu juga yang menjadi fokus kerja sama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.
Yu menceritakan bagaimana timnya melindungi data publik dari ancaman siber. Korea Selatan memiliki tim respons nasional yang memantau dan mencegah serangan sibert terhadap sektor publik. "Pendekatan ini dapat diadopsi Indonesia," katanya.