Perusahaan Cina Mulai Tinggalkan Sistem Kerja 996

1 day ago 16

TEMPO.CO, Jakarta - Cina mulai menggeser paradigma kerja ekstrem yang dikenal dengan sistem 996"  bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama enam hari dalam seminggu  seiring dengan langkah sejumlah perusahaan besar dan pemerintah pusat yang mendorong pembatasan jam kerja berlebihan dan perlindungan hak-hak pekerja.

Melansir laman Chinadaily, beberapa perusahaan Cina telah mengeluarkan kebijakan internal untuk menekan praktik lembur formalistik serta persaingan tidak sehat di tempat kerja. Pemerintah pusat juga menunjukkan keseriusannya melalui rencana aksi terbaru yang dirilis oleh Dewan Negara, kabinet pemerintahan Tiongkok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam dokumen tersebut, otoritas lokal diminta untuk memperketat pengawasan terhadap perilaku perusahaan yang melanggar aturan dengan memperpanjang jam kerja karyawan secara ilegal, serta menjamin hak pekerja untuk beristirahat.

Langkah ini disambut dengan kebijakan konkret dari sejumlah perusahaan. DJI, produsen drone asal Shenzhen, menjadi perbincangan hangat di media sosial Weibo setelah beberapa karyawan membagikan pengalaman mereka yang dilarang bekerja lembur setelah pukul 9 malam. Menurut unggahan tersebut, pihak sumber daya manusia melakukan patroli malam dan meminta para pegawai segera meninggalkan kantor.

Sementara itu, Midea, perusahaan elektronik rumah tangga, mengeluarkan memo internal pada akhir Januari lalu yang menyerukan efisiensi dalam pola kerja. Perusahaan tersebut meminta agar karyawan tidak mengadakan rapat atau bekerja lembur yang tidak berorientasi pada pelanggan atau penciptaan nilai. Bahkan, mereka mendorong pengurangan grup kerja di aplikasi WeChat untuk menghindari formalitas yang tidak produktif.

Dalam beberapa tahun terakhir, jam kerja di Tiongkok daratan terus meningkat, bahkan melebihi ketentuan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan nasional. Data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja mingguan pada 2024 mencapai 49 jam, sama seperti tahun sebelumnya dan naik dari 47,9 jam pada 2022.

Padahal, secara hukum, karyawan hanya boleh bekerja maksimal 8 jam per hari dan 44 jam per minggu, dengan lembur tambahan maksimal satu jam yang harus disepakati bersama serikat pekerja.

Budaya kerja yang menuntut totalitas ini telah memicu kritik dari kalangan pekerja. Wang Xiaofeng, seorang insinyur telekomunikasi di Beijing, menyatakan bahwa dirinya sering merasa bersalah saat pulang tepat waktu.

"Kami bercanda bahwa kami merasa malu keluar kantor pukul 6 sore," katanya. Ia berharap perusahaannya juga mengikuti jejak DJI dan Midea, meski ia khawatir soal bagaimana penghitungan lembur akan dilakukan jika pekerjaan dibawa pulang.

Para pakar menilai langkah ini sebagai titik awal menuju perbaikan kesejahteraan pekerja dan daya saing perusahaan dalam jangka panjang. Li Qiang, Wakil Presiden portal rekrutmen Zhaopin, mengatakan bahwa budaya 996 semula dianggap strategi untuk memenangkan pasar, namun kini dapat mengikis loyalitas dan semangat kerja karyawan.

Hal senada diungkapkan Li Chang’an, profesor dari Universitas Ekonomi dan Bisnis Internasional di Beijing. Ia menyebut bahwa sistem kerja yang tidak wajar telah merusak hak pekerja, mempersulit keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan, bahkan berdampak pada kesehatan dan keharmonisan rumah tangga.

Menurutnya, langkah eksploratif perusahaan untuk menghapus budaya kerja yang melelahkan bisa mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas tinggi dan lebih sesuai dengan peraturan nasional.

"Tanggung jawab sosial dan perlindungan hak-hak pekerja kini menjadi bagian penting dalam daya saing perusahaan. Saya berharap lebih banyak perusahaan mengadopsi budaya kerja yang lebih manusiawi agar beban kerja masyarakat berkurang dan hubungan kerja menjadi lebih harmonis," ujarnya.

Annisa Febiola berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |