REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki musim tanam rendeng, penggunaan traktor untuk mengolah lahan sawah menjadi hal yang utama. Karenanya, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk traktor menjadi tinggi. Kondisi itu terutama terjadi di Kabupaten Indramayu, mengingat luasnya lahan sawah di daerah lumbung padi tersebut.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengatakan, saat ini daerah yang sudah memulai musim tanam rendeng 2025/2026 di antaranya adalah Kecamatan Haurgeulis, Kroya, Terisi, Pasekan, Gantar dan Sindang. “Luasnya sekitar 30 ribu hektare,” kata Sutatang, Kamis (4/12/2025).
Sutatang mengatakan, petani di enam kecamatan tersebut sudah mulai melakukan pengolahan lahan maupun persemaian. Dalam pengolahan lahan tersebut, dibutuhkan solar untuk menjalankan mesin traktor.
Selama ini, kata dia, para petani membeli solar untuk traktor di SPBU dengan harga Rp 6.500 per liter. Namun dengan tingginya permintaan solar di masa tanam, maka seringkali petani tidak bisa mendapatkan solar bersubsidi.
“Jadi mereka terpaksa membeli solar non subsidi dengan harga Rp 9.500 per liter,” terang Sutatang.
Untuk itu, Sutatang mengaku sangat mendukung adanya usulan Pemkab Indramayu dalam pembuatan SPBU khusus untuk alsintan atau petani. “Bahkan kalau bisa sih SPBU khusus itu didirikan di setiap kecamatan,” kata Sutatang.
Sutatang menilai, permintaan SPBU khusus petani itu sangat sesuai dengan luas lahan sawah di Kabupaten Indramayu yang mencapai sekitar 125 ribu hektare. Apalagi, Kabupaten Indramayu merupakan daerah lumbung pangan di Indonesia.
“Untuk nelayan kan sudah ada SPBU khusus nelayan. Nah petani juga semestinya ada,” tuturnya.
Pemkab Indramayu melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) telah mengajukan pembuatan SPBU alsintan atau SPBU khusus untuk petani. Hal itu untuk memudahkan para petani memperoleh BBM guna menghidupkan alat mesin pertanian (alsintan) mereka.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto, menyebut keterbatasan BBM menjadi salah satu kendala terbesar petani, terutama saat musim tanam dan panen. “Salah satu kendala yang dihadapi oleh kita khususnya para petani, ini terkait dengan BBM untuk alsintan. Ini sangat terbatas sekali. Ya, sangat terbatas sekali,” kata Sugeng.
Menurut Sugeng, gagasan SPBU alsintan muncul dari usulan koperasi tani di Indramayu dan telah dibahas bersama sejumlah pihak terkait, termasuk Patra Niaga dan Kementerian Pertanian. “Ini untuk mensinergikan bagaimana ada usulan dari Koperasi Tani di Indramayu agar dibuka SPBU alsintan. Dan rencananya salah satunya ada di Wanasari,” katanya. Namun, keputusan final mengenai usulan itu masih menunggu persetujuan kementerian.

2 hours ago
10















































