TEMPO.CO, Jakarta - Forum Air Indonesia 2025 digelar untuk memperingati Hari Air Sedunia. Forum yang digelar oleh CNN Indonesia ini menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti, dan Sekretaris Jenderal Bidang Air PBB Retno Marsudi sebagai pembicara.
Acara yang digelar pada Rabu, 25 Maret 2025 ini berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta dengan mengusung tema “Konservasi Sumber Air untuk Generasi Mendatang”. Melalui forum dialog terbuka, acara ini berfokus pada upaya konservasi air di Indonesia. Berikut poin-poin Forum Air Indonesia 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan Daerah Aliran Sungai Tercemar
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyoroti urgensi untuk melakukan konservasi air di Tanah Air ketika menghadapi kondisi cemaran di sungai-sungai, mengingat peran penting air dalam kehidupan.
Deputi Bidang Tata Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan KLH Sigit Reliantoro mengatakan banyak Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia yang berada dalam kondisi tercemar, sebagian besar karena limbah rumah tangga dan industri.
"Dari segi kualitas kita melakukan pemantauan di 2.198 sungai, ada 8.627 titik yang memenuhi baku mutu itu hanya 2,19 persen. Sebagian besar, 96 persen itu cemar ringan kemudian ada beberapa yang cemar berat," kata Sigit dalam acara yang memperingati Hari Air Sedunia yang dilakukan setiap 22 Maret dilansir dari Antara.
Sigit menyebut mayoritas sungai Indonesia berada dalam beragam tingkat cemaran. Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengatakan bahwa diperlukan teknologi pengolahan. Di sisi lain, lanjutnya, perlu juga dilakukan pemulihan ekosistem untuk memastikan terjadinya konservasi air. Dia menyoroti bagaimana kejadian banjir yang terjadi di Bekasi baru-baru ini dipengaruhi faktor kehilangan tutupan hutan di DAS Kali Bekasi, yang tersisa hanya 3,53 persen.
Upaya Kelola Sumber Daya Air
Dalam kesempatan yang sama Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menyebut pemerintah terus berupaya untuk mengelola sumber daya air dan meningkatkan daya tampungnya, terutama diperuntukkan bagi konsumsi masyarakat untuk berbagai kebutuhan.
Pada saat bersamaan, lanjutnya, saat ini juga sedang mendukung ketahanan pangan. "Untuk ketahanan pangan ini, kita juga harus melakukan peningkatan efektivitas penggunaan air untuk pangan Dan salah satunya itu dengan melakukan penerapan irigasi yang hemat air," katanya.
Langkah-langkah tersebut menurutnya tidak cukup hanya mengandalkan teknologi yang canggih dan mahal. "Teknologi yang tidak hanya teknologi yang harus modern, tapi yang tepat guna yang harus dilakukan di situ," ucapnya.
Diana memberikan contoh program penyediaan air minum berbasis masyarakat Pamsimas, mencari sumber air yang bisa dimanfaatkan. Selain itu itu terdapat juga teknologi Reverse Osmosis (RO) untuk proses pemurnian air.
Potensi Air yang Besar
Lebih lanjut, Diana menyebut bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi air yang cukup besar. Namun, ia menyebut permasalahannya adalah Indonesia dihadapkan pada masalah keterbatasan air di Pulau Jawa dan Bali karena persebaran demografi yang kurang ideal.
“Terkonsentrasinya penduduk di Pulau Jawa dan Bali menimbulkan permasalahan penyediaan air untuk ketahanan pangan, sehingga pemerintah mendorong distribusi penduduk ke luar Jawa dan Bali yang lahannya relatif masih luas,” ujarnya dilansir dari YouTube CNN Indonesia.
Dorong Keterlibatan Generasi Muda
Untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya air, Diana juga mendorong kolaborasi seluruh pihak khususnya anak muda. Keterlibatan generasi muda saat ini telah didorong oleh Kementerian PU melalui program World Water Warriors dan pemberian penghargaan Bali Youth Water Prize bagi generasi muda yang memiliki kontribusi luar biasa dalam bidang sumber daya air.
“Saat ini yang kita perlukan adalah kolaborasi dan aksi untuk melestarikan air, karena tidak akan ada kehidupan tanpa air,” ujar Diana.