Politikus DPR Sorot 18 Ribu Orang Kena PHK Awal 2025: Potret Kepedihan

23 hours ago 9

CNN Indonesia

Selasa, 15 Apr 2025 11:14 WIB

DPR soroti gelombang PHK yang capai 18.000 jiwa di awal 2025 dan meminta pemerintah tingkatkan pelatihan untuk korban PHK. Ilustrasi. Belasan ribu masyarakat jadi korban PHK di awal 2025 disorot DPR. (CNN Indonesia/Ramadhan Nur Fadillah)

Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komisi VII DPR RI Yoyok Riyo Sudibyo menyoroti gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus berlanjut sejak 2024 hingga awal tahun 2025 yang menembus angka belasan ribu jiwa.

Yoyok menilai angka PHK yang mencapai 18.000 pada awal 2025 menurut data Kemenaker ini berpotensi menyebabkan banyak anak-anak yang mengalami putus sekolah.

"Ini bukan hanya soal angka. Ini soal ribuan keluarga yang kehilangan penghasilan, anak-anak yang terancam putus sekolah, dan masyarakat yang makin terpinggirkan. Badai PHK ini merupakan potret kepedihan yang nyata," kata Yoyok dalam keterangannya, Selasa (15/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Yoyok berharap pemerintah segera mengambil sikap atas berlanjutnya gelombang PHK yang terjadi terhadap industri padat karya ini.

Terlebih, kata dia, gelombang PHK ini juga terjadi dipicu oleh kondisi perekonomian global yang tidak kondusif.

"Negara harus hadir, banyak sekali sektor industri yang terpukul akibat beratnya kondisi perekonomian global, dan berbagai faktor internal dalam negeri. Khususnya industri padat karya yang harus dilindungi," jelas dia.

"Jika negara lain memperketat pasar, sementara kita tidak memperkuat fondasi industri dan perlindungan tenaga kerja, maka PHK hanya akan terus berulang," sambungnya.

Di sisi lain, Yoyok mendorong pemerintah melakukan lebih banyak pelatihan dan pendidikan terhadap masyarakat yang menjadi korban PHK. Ia menilai pelatihan dan pendidikan itu dapat menjadi solusi alternatif mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah berlanjutnya badai PHK.

"Pemerintah juga perlu meningkatkan program pelatihan bagi korban PHK agar beradaptasi dengan kebutuhan pasar, serta pendidikan maupun pelatihan program vokasi agar industri kreatif dan non-formal dapat semakin berkembang," ujar dia.

(mab/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |