JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Manuver politik Presiden Prabowo Subianto yang kembali merombak jajaran kabinetnya memantik sorotan tajam. Tak sedikit pihak menilai langkah tersebut seolah mengonfirmasi prediksi pengamat politik Rocky Gerung yang jauh-jauh hari sudah memperkirakan adanya “pembersihan” sisa-sisa kabinet era Joko Widodo.
Rocky sebelumnya menyebut akan ada radical break atau perombakan besar-besaran pasca 17 Agustus 2025. Menurutnya, Prabowo tak mungkin terus mempertahankan menteri-menteri lama yang dianggap sebagai “warisan” Jokowi.
“Ya, masa ampasnya didiamin. Piring dicuci kan mesti ada tempat sampah,” ucap Rocky dalam program Rakyat Bersuara, sembari menekankan perlunya pembersihan agar pemerintahan baru berjalan sesuai ritme Prabowo.
Prediksi tersebut kini kian terasa relevan setelah Presiden Prabowo mengumumkan reshuffle jilid dua pada Senin (8/9/2025). Dalam perombakan itu, lima pos kementerian sekaligus diganti. Kursi Menteri Keuangan berpindah dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa, Budi Arie Setiadi digeser dari Kementerian Koperasi dan digantikan Ferry Juliantono, sementara Abdul Kadir Karding digantikan Mukhtarudin di Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Selain itu, Prabowo menunjuk Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Menko Polhukam ad interim, serta membentuk kementerian baru khusus Haji dan Umrah yang kini dipimpin Mochamad Irfan Yusuf dengan Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai wakil menteri. Sementara posisi Menteri Pemuda dan Olahraga masih dibiarkan kosong.
Jika ditotal, ini sudah kali kedua Prabowo melakukan bongkar pasang menteri hanya dalam waktu 11 bulan memimpin. Reshuffle pertama terjadi Februari 2025, ketika Satryo Soemantri Brodjonegoro dicopot dari jabatan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi akibat kisruh internal kementerian.
Rocky juga menyinggung bahwa momentum reshuffle setelah perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI bukan tanpa alasan. Ia menilai, Prabowo sengaja menunggu agar publik terlebih dahulu larut dalam euforia nasional, sebelum kemudian dihadapkan pada gebrakan politik.
Kini, publik bertanya-tanya: apakah ini sekadar evaluasi kinerja, atau strategi konsolidasi politik untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan Prabowo dengan menyingkirkan pengaruh lama?
Satu hal yang jelas, langkah reshuffle demi reshuffle menandai adanya pergeseran besar di tubuh pemerintahan. Prediksi Rocky Gerung, yang semula dianggap kontroversial, tampaknya mulai menemukan pembuktiannya. Sudah cukupkah? Atau masih ada kemungkinan reshuffle jilid 3? Kita tunggu saja. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.