Program MBG Berjalan Lancar, Nasib Petani Melon di Sragen Justru Memprihatinkan Hanya Bisa Gigit Jari Kesulitan Menjual Hasil Panen

2 weeks ago 45
Fathurohman Anggota DPRD Sragen saat mendatangi kebun melon Green House Desa Jambanan Sragen

​SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Program makan bergizi gratis (MBG) Presiden Prabowo Subianto semakin hari semakin lancar, bahkan program ini diharapkan mampu menyerap semua hasil sektor pertanian untuk kebutuhan MBG. Akan tetapi yang terjadi sebalik di wilayah Sragen justru para petani buah melon hanya bisa pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa untuk menjual hasil panen mereka.

Kejadian ini dialami oleh para petani buah Melon di Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Para petani melon di desa ini saat ini tengah gelisah dan kebingungan, pasalnya mereka berharap dengan adanya program MBG Presiden Prabowo buah melon mereka akan diserap tapi ternyata hingga saat ini buah melon hasil budidaya masyarakat Jambanan belum terserat untuk memenuhi kebutuhan dapur MBG.

Para petani melon Desa Jambanan dengen sisten Green House ini juga menghasilkan melon berkualitas tinggi, bahkan kelas premium.
​Setidaknya 24 petani dari Kelompok Tani Pemuda Brojodento dan petani lokal lain telah memanfaatkan lahan tidur untuk menanam berbagai jenis melon, termasuk sweet hammy dan sweet lavender. Mereka mengoperasikan total 11 greenhouse dan menyiapkan lahan open field, yang secara rutin menghasilkan panen, dengan prediksi kapasitas mencapai 2-3 ton melon per minggu.

Pada JOGLOSEMARNEWS.COM ​Sigit Haryanto (35) mewakili Kelompok Tani Pemuda Brojodento, mengungkapkan keresahannya. Melon yang mereka tanam terbagi dalam beberapa grade, dengan grade A dihargai sekitar Rp25.000/kg.

​”Kami punya beberapa titik Green House khusus panen melon premium. Alhamdulillah hasilnya bagus, tapi bingungnya adalah buah grade B atau C mau dibuang ke mana? Kami sulit mencari pasarnya. Sebenarnya harapan kami dengan adanya MBG hasil melon kebun kami bisa diserap atau dibeli,” kata Sigit.

Momen Sigit Haryanto (35) warga Dukuh Jipangan Rt 12, Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah Memperlihatkan Hasil Melon dari kebunnya Selasa (11/11/2025) Huri Yanto

​Sigit juga membeberkan ia berani menjamin melon grade B dan C pun memiliki kualitas bagus dan manis, terbukti dengan alat pengecekan kemanisan. Namun, harga jual grade B jatuh ke kisaran Rp18.000 hingga Rp20.000/kg, dan grade C di bawahnya lagi. Penjualan yang selama ini mengandalkan media sosial, seller, pengepul, dan tengkulak kecil, semakin sulit seiring meningkatnya volume panen.​

“Kalau buah banjir, petani tetap pusing. Karena untuk memulihkan modal yang sangat besar itu juga lumayan sulit. Kalau semua bagus, gampang. Ya kita pikir yang B sama C,” tambah Sigit.

Dia mendesak pihak pemerintah untuk membantu penyerapan pasar atau PT yang mampu menyerap hasil panen mereka. “Kami harap ada perhatian untuk hasil panen kami,” ujarnya.

​Kondisi dilematis ini mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Sragen, Fathurohman. Dia menegaskan bahwa potensi melon Desa Jambanan adalah bagian integral dari program ketahanan pangan yang harus disinergikan dengan program pemerintah lainnya, khususnya MBG.

​”Tadi sudah ada keluh kesah dari petani, yang intinya mereka tetap akan memproduksi ini terus. Tapi, yang menjadi problem adalah pemasaran. Nah sekarang ada giat-giatnya MBG, yang itu bersumber dana dari APBN, yang juga menggunakan duit rakyat,” ujar Fathurohman.

​Fatur berharap Pemerintah Kabupaten Sragen mendorong SPPG-SPPG MBG yang ada untuk berkontribusi dengan membeli buah melon lokal tersebut. Menurutnya, buah melon grade B dan C yang harganya lebih terjangkau. “Jika diiris dan dibagikan kepada murid, akan menjadi sumber gizi yang sangat ekonomis dan terjangkau, serta mendukung para petani,” terang dia.

​Senada dengan itu, Kepala Desa Jambanan, Sugino Welly, juga menyampaikan harapannya agar MBG bersedia mengambil produk lokal. “Ini pemberdayaan masyarakat. Jangan orang kaya saja yang diambil, ini hasil jerih payah petani. Benar-benar dari bawah,” tegas Kades.

Dia harap panen yang kini mencapai titik puncak, kewalahan dalam penjualan dapat terserap habis oleh program pemerintah. Lantas dia menyatakan dukungannya dengan mendorong lahan kurang produktif untuk menjadi peluang ketahanan pangan.

Huri Yanto

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |