
KULONPROGO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Gelombang kritik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai mencuat di Kabupaten Kulonprogo. Program yang digagas Presiden Prabowo Subianto ini semula ditujukan untuk mendukung pemenuhan gizi anak sekolah, namun kini sebagian orang tua justru meragukan keberlanjutannya setelah muncul beberapa kasus keracunan makanan.
Dalam dua bulan terakhir, sedikitnya dua insiden keracunan terjadi di wilayah ini. Kejadian tersebut membuat sejumlah orang tua mempertanyakan efektivitas dan kualitas distribusi makanan MBG. Beberapa menyebut menu yang disajikan kerap tidak sesuai selera anak dan kondisinya mudah basi saat jam makan siang.
Runi, warga Kapanewon Wates, mengatakan anaknya sering enggan menyantap makanan yang dibagikan melalui program MBG. “Menu yang datang kerap sudah berubah rasa dan kondisinya kurang layak dikonsumsi. Sayang kalau akhirnya dibuang,” ujarnya, Minggu (21/9/2025). Ia menyarankan agar penyelenggara meninjau ulang konsep penyajian, mulai dari bahan baku hingga proses distribusi.
Sejumlah orang tua juga menyarankan agar menu MBG disederhanakan. Misalnya, telur rebus, susu segar, atau kacang hijau yang lebih tahan lama dan kandungan gizinya jelas. Dengan konsep ini, program dianggap lebih praktis, ekonomis, dan mengurangi risiko makanan basi.
Nada yang lebih tegas datang dari Kumala, warga Kapanewon Temon. Ia mengaku setuju bila program MBG dihentikan sementara dan diganti skema baru. Menurutnya, pemerintah bisa saja menyalurkan anggaran langsung ke sekolah agar dikelola dapur sekolah atau kantin masing-masing. “Dengan model seperti itu, menu bisa diawasi lebih ketat dan lebih sesuai kebutuhan anak,” katanya.
Kumala juga menyoroti perlunya kurasi ketat terhadap jenis makanan yang disalurkan. Ia mencontohkan beberapa sekolah yang hanya menerima makanan olahan pabrikan seperti biskuit atau susu kemasan. “Anggarannya besar, jadi mestinya berdampak signifikan pada kualitas gizi anak,” ujarnya.
Meski banyak kritik, sebagian orang tua menilai program ini tetap penting, terutama bagi keluarga kurang mampu. Namun, mereka mendesak agar pelaksanaan di lapangan dibenahi, baik dari segi manajemen, distribusi, hingga pemilihan bahan pangan.
Dorongan evaluasi ini diharapkan dapat membuat MBG lebih tepat sasaran, transparan, dan benar-benar memberi manfaat nyata bagi anak sekolah di daerah. Jika tidak, kritik yang kini muncul dikhawatirkan akan melemahkan kepercayaan publik terhadap program unggulan tersebut. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.