Ragam Respons Warga Palestina yang Pulang ke Gaza Setelah Gencatan Senjata

5 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah 15 bulan hidup dalam bahaya perang mencekam, ribuan warga Palestina di Gaza kini mencoba kembali ke rumah mereka usai dimulainya gencatan senjata mulai Ahad lalu.

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas akhirnya mulai berlaku pada Ahad 19 Januari 2025. Sebelum gencatan senjata benar-benar berlaku, serangan udara Israel masih menghantam Gaza, menewaskan 19 orang dan melukai 25 lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini ragam respon warga palestina ketika kembali ke Gaza setelah gencatan senjata:

Abu Jarad: Kami Ingin Kembali ke Rumah Kami 

Dikutip dari situs Associated Press, ribuan warga berjalan melewati reruntuhan dengan membawa tenda, pakaian, dan barang-barang pribadi mereka. Setelah mengungsi berkali-kali selama perang, kini mereka mencoba kembali ke sisa-sisa rumah mereka. 

Salah satu dari mereka adalah Majida Abu Jarad. Ia seorang ibu enam anak. Bersama suami dan enam putrinya, mereka meninggalkan tempat tinggal sementara di kota tenda Muwasi. Lokasinya dekat perbatasan selatan Gaza dengan Mesir. “Begitu kami mendengar gencatan senjata akan dimulai, kami langsung berkemas. Meski tahu kami mungkin akan tetap tinggal di tenda, kami ingin kembali ke rumah kami,” ujar Abu Jarad.

Sebelumnya, keluarga ini telah melarikan diri sebanyak tujuh kali. Mereka berpindah-pindah dari satu tempat pengungsian ke tempat lain. Tidur di ruang kelas atau bahkan di jalanan. Kini mereka kembali ke Beit Hanoun, kota di utara Gaza. 

Um Saber: Hancur Total

Hampir 69 persen bangunan di wilayah Gaza telah rusak atau hancur. Rumah-rumah, sekolah, bahkan rumah sakit ikut menjadi korban perang. Di Beit Lahiya, seorang janda yang meminta dirinya disebut sebagai Um Saber, mengatakan bahwa rumahnya rata dengan tanah. Ia dan keluarganya menemukan jasad-jasad manusia di jalan, beberapa telah tergeletak selama berminggu-minggu.

“Rumah sakit Kamal Adwan juga hancur total. Itu bukan lagi rumah sakit. Mereka menghancurkan segalanya,” kata perempuan berusia 48 tahun itu.

Abu Taha: Rumah-rumah rata dengan tanah

Di Rafah, pemandangan serupa terlihat. Mohamed Abu Taha menyebut kotanya kini mirip dengan film horor. “Rumah-rumah rata dengan tanah. Kami menemukan sisa-sisa tubuh manusia di antara puing-puing. Rasanya sulit dipercaya,” katanya.

Dia membagikan rekaman tumpukan puing yang katanya merupakan rumah keluarganya. “Saya ingin tahu bagaimana mereka menghancurkan rumah kami,” katanya dalam video tersebut.

Mahdi: Masyarakat merayakan kepulangan mereka

Mohamed Mahdi juga menjadi salah satu rombongan yang berjalan kaki ke Gaza. "Kembali untuk menyelamatkan orang-orang yang mereka cintai di bawah reruntuhan," kata ayah dua anak. Ia terpaksa meninggalkan rumahnya yang berlantai tiga di lingkungan Zaytoun di tenggara Kota Gaza beberapa bulan lalu.

Mahdi berhasil mencapai rumahnya pada Minggu pagi. Ia berjalan di antara reruntuhan bangunan dari Gaza bagian barat. Di jalan, ia mengatakan melihat pasukan polisi yang dipimpin Hamas dikerahkan ke jalan-jalan di Kota Gaza, membantu orang-orang kembali ke rumah mereka.

Meskipun skala kerusakannya sangat besar dan prospek pembangunan kembali tidak pasti, masyarakat tetap merayakannya. "Mereka mulai membersihkan jalan-jalan dan menyingkirkan puing-puing rumah mereka. Ini adalah momen yang telah mereka nantikan selama 15 bulan," tutur Mahdi soal gencatan senjata itu.

Perang di Gaza dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 orang Israel. Sekitar 100 sandera masih berada di dalam Gaza, setidaknya sepertiganya diyakini telah tewas.

Pengeboman militer Israel setelah serangan itu telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza dan menyebabkan 1,9 juta dari 2,3 juta penduduknya mengungsi. Lebih dari 46.000 warga Palestina telah tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang mengatakan bahwa wanita dan anak-anak merupakan lebih dari separuh korban tewas dalam operasi besar yang berubah menjadi genosida itu.

AP

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |