Ribuan Warga Sudan Hilang, Dikhawatirkan Dibantai

8 hours ago 11

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM – Warga sipil yang kelaparan dan dianiaya menceritakan kisah-kisah mengerikan setelah melarikan diri dari Pasukan Dukungan Cepat paramiliter di Darfur, Sudan barat. Sementara ribuan lainnya masih hilang.

Ibu kota negara bagian Darfur Utara adalah benteng terakhir tentara Sudan di wilayah luas tersebut sebelum jatuh ke tangan RSF setelah 18 bulan dikepung pada Ahad pekan lalu.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Sejak itu, PBB dan badan-badan bantuan internasional telah meningkatkan kewaspadaan atas nasib warga sipil seiring dengan terus bermunculannya laporan mengenai pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pelanggaran lainnya.

Aljazirah melaporkan, Alkheir Ismail, seorang pemuda Sudan yang melarikan diri ke kota Tawila, sekitar 50 km jauhnya, mengatakan dia termasuk di antara 300 orang yang dihentikan oleh pejuang RSF ketika mereka mencoba melarikan diri dari el-Fasher pada Ahad. Para pejuang hanya menyelamatkannya karena salah satu penculik mengenalinya sejak masa sekolahnya, tambahnya.

"Ada seorang pemuda yang belajar bersama saya, di universitas di Khartoum, dia mengatakan kepada mereka, 'Jangan bunuh dia'. Setelah itu, mereka membunuh orang-orang lainnya, para pemuda yang bersama saya dan teman-teman saya."

Warga Sudan lainnya di Tawila juga menggambarkan ketakutan yang mereka alami setelah dihentikan oleh pejuang.

"Tiba-tiba mereka muncul, entah dari mana. Muncul tiga pemuda, beda usia. Mereka menembak ke udara dan berkata, 'Berhenti, berhenti'. Mereka mengenakan pakaian RSF," kata Tahani Hassan. "Mereka memukul kami dengan keras. Mereka melemparkan pakaian kami ke tanah. Bahkan saya, sebagai seorang perempuan, digeledah. Penyerangnya, dia mungkin lebih muda dari putri saya."

Fatima Abdulrahim, yang melarikan diri bersama cucunya, mengatakan dia berjalan selama lima hari dalam kondisi brutal untuk mencapai Tawila.

"Mereka memukuli anak laki-laki dan merampas semua milik kami; mereka tidak meninggalkan apapun kepada kami. Setelah kami tiba di sini, kami mengetahui bahwa anak perempuan dalam kelompok yang datang setelah kami telah diperkosa, namun anak perempuan kami melarikan diri," katanya.

Rawaa Abdalla, seorang wanita muda yang meninggalkan kota, mengatakan ayahnya hilang. “Kami tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati, apakah dia bersama orang-orang yang pergi atau dia terluka,” katanya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |