Ribut-ribut di Jumpa Pers Terakhir Antony Blinken, Dua Wartawan Diseret ke Luar Ruangan

9 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi pers terakhir Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken diinterupsi pada hari Kamis oleh dua wartawan yang mengecamnya atas dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza sebelum mereka dikeluarkan secara paksa dari ruang jumpa pers Departemen Luar Negeri, Middle East Eye melaporkan.

Para jurnalis berulang kali menginterupsi Blinken dalam 15 menit pertama konferensi pers yang berlangsung selama satu jam. Menteri Luar Negeri AS yang baru saja lengser dari jabatannya itu meminta kedua wartawan tersebut untuk menunda pertanyaan mereka sampai nanti, namun mereka tetap ngotot hingga petugas keamanan datang untuk membawa mereka pergi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Mengapa Anda membiarkan bom-bom itu terus mengalir?" Max Blumenthal, editor Grayzone, sebuah situs berita online, meneriaki Blinken dari belakang ruang pers. "Mengapa Anda mengorbankan tatanan yang berdasarkan aturan demi komitmen Anda terhadap Zionisme?"

Ketika Blumenthal dikawal keluar ruangan oleh petugas keamanan, dia terus menyemprot Blinken.

"Anda membantu menghancurkan agama kami, Yudaisme, dengan mengaitkannya dengan fasisme... ayah mertua Anda adalah seorang pelobi Israel, kakek Anda adalah seorang pelobi Israel... Mengapa Anda mengizinkan holocaust di zaman kita terjadi? Bagaimana rasanya membiarkan warisan Anda menjadi genosida?"

Blinken adalah seorang Yahudi Amerika. Kakeknya, Maurice Blinken, lahir di Kyiv, yang saat itu merupakan bagian dari Rusia. Dia berimigrasi ke AS dan lulus dari Universitas New York pada 1921 dan fakultas hukum pada 1924. Dia mendirikan American Palestine Institute setelah Perang Dunia II, sebuah organisasi Zionis yang mengadvokasi kelangsungan ekonomi sebuah negara Yahudi di wilayah Mandat Palestina.

“Anda tersenyum dalam sebuah genosida”

Ketika Blumenthal sampai di depan pintu, ia tampak mengarahkan teriakannya kepada Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS. "Anda juga Matt," teriaknya. "Anda tersenym sepanjang hari. Anda tersenyum selama genosida berlangsung."

Blinken tidak menanggapi serangan Blumenthal dan melanjutkan pernyataannya. Beberapa saat kemudian, Sam Husseini, seorang jurnalis lain, mulai mencecar Blinken dengan berbagai pertanyaan.

"Saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu beberapa menit lagi," jawab Blinken.

Husseini terus berteriak, menyebut "senjata nuklir" Israel, lalu berkata, "Saya duduk di sini dengan tenang dan sekarang saya dianiaya oleh dua atau tiga orang," merujuk pada petugas keamanan yang secara fisik membawanya keluar ruangan.

"Anda berkoar-koar tentang pers yang bebas!" teriaknya.

"Penjahat! Mengapa Anda tidak berada di Den Haag?" merujuk pada kota tempat Mahkamah Pidana Internasional berada.

Blinken tetap diam di tengah-tengah cemoohan tersebut. Dia kemudian melanjutkan konferensi pers dan, tak lama kemudian, menjawab pertanyaan dari beberapa wartawan di tengah kerumunan.

Pemerintahan Biden telah menghadapi kritik dari para aktivis, cendekiawan, dan organisasi hak asasi manusia pro-Palestina atas dukungannya terhadap Israel sejak serangan 7 Oktober 2023 yang dipimpin oleh Hamas di Israel selatan.

Blinken secara khusus mendapat cemoohan dari para pemrotes. Dia sering dicemooh saat tampil di Washington, dan para demonstran berkemah di luar rumahnya di Virginia selama berbulan-bulan, melemparkan cat merah ke mobil-mobil yang membawa keluarganya.

Ketika ditanya dalam konferensi pers apakah dia akan mengubah sesuatu tentang hubungannya dengan Israel, Blinken mengatakan bahwa pemerintah Israel telah menjalankan kebijakan yang "pada dasarnya didukung oleh mayoritas warga Israel setelah trauma 7 Oktober" dan mengatakan bahwa hal itu harus diperhitungkan dalam respons AS.

Pemerintahan Biden tidak dapat mencapai keputusan akhir atas insiden-insiden individual yang dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional karena Hamas menanamkan dirinya di tengah-tengah masyarakat sipil, ujarnya, dikutip Reuters.

"Saya juga menunjukkan bahwa di Israel sendiri, ada ratusan kasus yang sedang diselidiki," kata Blinken. "Mereka memiliki proses, mereka memiliki prosedur, mereka memiliki aturan hukum... Itu adalah ciri khas dari setiap negara demokrasi."

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |