TEMPO.CO, Jakarta - Ruang bawah tanah atau basement Lawang Sewu dibuka lagi untuk pengunjung mulai 3 Desember 2024. Ruangan ini disebut salah satu yang paling angker di bangunan tua ini di Semarang, Jawa Tengah. Namun, 10 tahun lalu ruangan bawah tanah itu ditutup untuk umum.
PT Kereta Api Pariwisata atau KAI Wisata, pengelola destinasi wisata heritage tersebut, mengumumkan tiket untuk mengunjungi ruang bawah tanah tersebut dihargai Rp50.000 per orang. Namun, selama Desember, KAI Wisata memberi potongan harga sebesar 50 persen menjadi Rp25.000 per orang.
Tur ruang bawah tanah Lawang Sewu atau Kelderverkenning itu harus didampingi pemandu. Selain itu, pengunjung diminta memakai alat pelindung diri (APD) berupa helm dan rompi.
Namun, tak semua pengunjung boleh memasuki area ini. Pengunjung yang diperbolehkan masuk minimal berusia 13 tahun dan maksimal 60 tahun, kondisi fisik dan mental baik. Orang dengan kondisi khusus seperti fobia ruang gelap atau sempit, penyakit jantung, ibu hamil, atau gangguan pernapasan tidak diperbolehkan.
Pohon mangga lalijiwo di halaman bangunan Lawang Sewu yang sudah berusia 102 tahun. Foto: KA Wisata
Sejarah Lawang Sewu
Dilansir laman KAI Wisata, Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan dikelola oleh KAI Wisata. Dulunya gedung ini merupakan kantor pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Kini, Lawang Sewu dijadikan museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia.
Dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, gedung ini terdiri dari beberapa bangunan yang membentuk huruf L. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907, adapun bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunan ini memiliki desain yang unik dengan jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Jumlahnya yang banyak inilah yang menjadi awal mula gedung ini dinamai Lawang Sewu.
Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten, yang bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api. Ada pula ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.
Kisah Ruang Bawah Tanah
Kelderverkenning menjadi bagian tak terpisahkan dari Lawang Sewu. Awalnya ruangan yang berada di Gedung B, bangunan di bagian utara, dibuat sebagai drainase atau saluran pembuangan air sekaligus pendingin. Namun, ketika gedung ini diambil alih Jepang pada 1942, ruang bawah tanah ini dialihfungsikan menjadi penjara bawah tanah.
Banyak mitos yang beredar tentang ruangan ini, mulai dari tempat penyiksaan oleh tentara Jepang, banyak hantunya, hingga bisa menembus ke Laut Jawa. Sejarah dan mitos-mitos yang menyelimuti ruangan bawah tanah ini bikin banyak orang penasaran. Setelah ditutup pada 2014, ruangan bawah tanah Lawang Sewu ini dibuka kembali sebagai destinasi wisata sejarah. Menurut unggahan akun Instagram wisata.lawangsewu, tempat ini dibuka Dibuka dari pukul 8.00 hingga pukul 17.00. Pengunjung dibatasi hanya 750 orang setiap hari.