Saat Sultan HB X Minta Mahfud MD Jadi Penasihat Keraton Yogyakarta

8 hours ago 10

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mantan menkopolhukam, Mahfud MD menceritakan pengalaman mengejutkan saat ia didatangi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan diminta menjadi anggota Parampara Praja atau Dewan Penasihat Keraton Yogyakarta. Mahfud MD mengaku sempat kaget, karena dia berasal dari Madura, bukan Yogyakarta.

Awal mula penunjukannya terjadi ketika Sultan HB X mendatangi kampus tempat Mahfud berada. "Yang menakjubkan bagi saya, suatu saat Ngarsa Dalem minta ketemu saya, saya ditelepon sekretaris beliau, saya bilang ya saya mau datang, (dijawab) 'nggak, Ngarsa Dalem yang mau ketemu'," kata Mahfud saat acara Dialog Kebangsaan untuk Indonesia Damai di Sasono Hinggil, Yogyakarta, Ahad (26/10/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

"Saya datang ke kampus lalu Ngarsa Dalem datang, (saya sampaikan) Ngarsa Dalem mestinya saya yang ke sana, saya menghadap, (dijawab oleh Sultan) 'oh nggak wong saya kok yang perlu'," ujarnya menceritakan.

Mahfud kemudian diajak menjadi anggota Parampara Praja, lembaga non-struktural di Pemda DIY yang memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada Gubernur untuk urusan Keistimewaan DIY. "Itu ceritanya saya oleh beliau diminta menjadi anggota Parampara Praja, itu semacam dewan penasihat, teman diskusi Ngarsa dalem sesuai dengan Undang-undang keistimewaan Jogja," ujar Mahfud MD.

Sontak saja, keputusan Sultan kala itu membuat Mahfud terkejut, karena dirinya bukan orang Jawa. "Di situ saya kaget, ini kan Keraton Jogja masa dewan penasihatnya orang Madura. Di situ saya takjub (dengan jawaban Sultan -red), karena ini keindonesiaan yang ditunjukkan Ngarsa Dalem kepada kita," ucapnya.

Dalam kesempatan ini, Mahfud MD juga menceritakan kedekatannya dengan keluarga Sultan, termasuk Permaisuri Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, yang bahkan mengetahui makanan favorit Mahfud MD. "Bahkan Bu Ratu (mengetahui bahwa -red) lodeh (masakan) kesukaannya Pak Mahfud, tahu beliau. Beliau bisa menerangkan berbagai buah dari sini, kopi ini dari sini, kopi ini teh ini bisa menjelaskan beliau," kata Mahfud.

Mahfud menekankan meski Keraton Yogyakarta memiliki tradisi feodal, namun secara politik dan budaya, daerah ini sangat demokratis dan kaya akan nilai kesantunan dan kerukunan. "Inilah kota yang sangat banyak melahirkan pejuang-pejuang demokrasi," ungkapnya.

Gubernur DIY juga telah menekankan pentingnya peran budaya sebagai perekat bangsa. Ia menegaskan kehadirannya dalam konteks budaya, bukan politik. 

Kemudian, Sultan HB X mengatakan semangat kebangsaan tidak bisa berhenti di tataran simbol, melainkan harus hidup dalam keseharian masyarakat. "Kebangsaan itu bukan sekadar simbol atau seremonial. Ia hidup dalam cara kita memperlakukan sesama, bagaimana kita menempatkan nilai kemanusiaan di atas kepentingan kelompok," ujar Sultan.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |