Flayer Santika Sahabat Bumi. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Pagi itu, matahari baru menanjak pelan di langit Depok. Udara lembap membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan wangi dedaunan. Di depan Taman Leli, di Jalan Melati Raya, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, sekelompok orang berdiri dalam barisan kecil. Di tangan mereka tergenggam sapu lidi dan karung besar daur ulang, di dada tersemat pin bertuliskan “Santika Sahabat Bumi.”
Pagi itu, mereka bukan sekadar bekerja, mereka mengawali sebuah gerakan. Gerakan untuk membersihkan, untuk peduli, dan untuk mengingatkan bahwa bumi ini terlalu berharga untuk dibiarkan kotor.
Inilah bagian dari Program “Santika Sahabat Bumi”, inisiatif dari Hotel Santika Depok yang menanamkan nilai cinta lingkungan melalui aksi nyata.
Kegiatan bersih-bersih dimulai dari lingkungan dalam hingga luar taman, menyusuri jalan dan selokan di sekitar kawasan taman itu. Plastik bekas kemasan aneka produk, puntung rokok, hingga daun kering satu per satu dikumpulkan. Bukan untuk pamer, tapi sebagai bentuk rasa terima kasih kepada bumi yang telah memberi tempat bagi manusia untuk tumbuh.
Baca juga: Heroik! Upaya Bersihkan Kali Cipinang, Pemkot Depok Kerahkan Tim Gabungan
Yang menarik, mereka tidak bekerja sendiri. Aksi ini juga didukung oleh petugas kebersihan atau Pesapon dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, serta diikuti oleh puluhan wartawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Depok. Para jurnalis yang biasanya menulis berita kini ikut turun tangan, memungut sampah, berbagi senyum, dan ikut menulis cerita baru bukan dengan pena, tapi dengan tindakan, Jumat (24/10/2025).
Gerakan yang Berawal dari Hati
“Kalau bukan kita yang menjaga kota ini, siapa lagi?” ujar Secretary and Public Relations Hotel Santika Depok, Riri S. Setiowati sambil mengikat karung besar berisi botol plastik. Suaranya tenang tapi penuh makna.
Bagi mereka, kebersihan bukan sekadar slogan di dinding hotel. Ia adalah budaya yang harus dihidupkan kembali, dari ruang kerja hingga jalanan kota.
Program Santika Sahabat Bumi memiliki target jelas, setiap properti Santika Group di Indonesia mengumpulkan minimal 40 kilogram sampah setiap bulan. Dari April hingga Oktober 2025, Hotel Santika Depok telah berhasil mengumpulkan sekitar 1,4 ton sampah.
Baca juga: Hotel Santika Depok Ajak PWI Jalankan Program Santika Sahabat Bumi, Bersih-bersih Sampah
Angka itu mungkin tampak kecil di atas kertas, tapi dibaliknya tersimpan sesuatu yang jauh lebih besar yakni kesadaran.
Kesadaran bahwa membersihkan lingkungan bukan tugas pemerintah semata, melainkan panggilan hati semua orang yang menginginkan masa depan lebih layak.
Karyawan Hotel Santika Depok bersih-bersih sampah di Taman Leli, Kota Depok. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)
Ketika Bisnis Turun ke Jalan
Banyak yang beranggapan urusan sampah hanyalah tanggung jawab pemerintah. Tapi pagi itu, Hotel Santika Depok membuktikan sebaliknya. Dunia usaha pun punya tempat dalam ‘perjuangan’ ini.
Bersama DLHK dan PWI Depok, mereka turun ke jalan bukan untuk pencitraan, melainkan sebagai wujud nyata tanggung jawab sosial. Tidak ada batas antara manajer dan staf, antara wartawan dan pesapon, semua bersatu dalam semangat yang sama: menjaga bumi.
“Ini cara kami mengucap syukur. Kami ingin menunjukkan bahwa bisnis tak harus buta terhadap lingkungan. Justru sebaliknya, bisnis yang tumbuh harus memberi kehidupan bagi bumi tempatnya berpijak,” terangnya.
Sampah, Cermin yang Menatap Balik
Di antara tumpukan plastik yang dikumpulkan, seorang wartawan dari PWI Depok berhenti sejenak. Ia menatap selembar bungkus kopi sachet, lalu bergumam, “Kadang menulis berita tentang kebersihan itu seperti menulis tentang diri sendiri. Kita tahu harusnya bagaimana, tapi belum tentu mau melakukannya.” Kalimat sederhana, tapi dalam.
Sampah bukan hanya masalah lingkungan, ia adalah cermin moralitas. Ia memantulkan bagaimana manusia memperlakukan tempat tinggalnya sendiri.
Dan di hari itu, di Taman Leli yang kecil, kesadaran itu berpendar kembali. Dari sapu yang bergeser pelan, dari karung yang terisi penuh, dari senyum kecil di wajah mereka yang bekerja tanpa pamrih.
Karyawan Hotel Santika Depok, wartawan PWI Kota Depok dan petugas kebersihan Pesapon DLHK Kota Depok usai giat bersih-bersih sampah. (Foto: Dok RUZKS INDONESIA)
Ketika Bumi dan Bisnis Berpelukan
Hotel Santika Depok menunjukkan bahwa dunia usaha bisa menjadi bagian dari solusi. Dalam industri yang sering identik dengan kenyamanan dan kemewahan, mereka memilih jalan yang lebih bermakna: melibatkan diri langsung dalam kerja kebersihan.
Dampaknya berlapis: lingkungan menjadi bersih, masyarakat merasa dihargai, dan tamu hotel merasakan suasana yang lebih nyaman. Lebih dari itu, mereka menanamkan pesan: bisnis yang baik adalah bisnis yang menjaga bumi tempatnya berpijak dan bertumbuh.
“Bersih-bersih ini bukan sekadar kegiatan, tapi wujud rasa syukur kami pada bumi yang telah memberi ruang untuk kami berkembang, ” ujar perwakilan lain dari manajemen hotel Santika Depok.
Ajakan untuk Para Pengusaha Depok
Kegiatan di Taman Leli itu seharusnya menjadi inspirasi bagi pengusaha lain. Bayangkan jika setiap kafe, bengkel, toko, dan hotel serta pelaku bisnis lainnya memiliki semangat serupa. Bayangkan jika setiap usaha di Depok menanamkan budaya kebersihan sebagai bagian dari etos kerja.
Kota ini bisa berubah. Bukan karena kebijakan besar, tapi karena tindakan-tindakan kecil yang dilakukan serentak. Karena kebersihan sejatinya adalah investasi moral, modal yang akan mengembalikan rasa percaya masyarakat terhadap pelaku usaha.
Langkah Nyata yang Bisa Dimulai Sekarang
Dari semangat Santika Sahabat Bumi, ada tiga langkah sederhana yang bisa ditiru pengusaha lain: Pertama, Audit Lingkungan Usaha Sendiri. Lihat sekeliling kantor, toko, atau area kerja. Catat jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari. Dari data kecil ini, langkah perbaikan bisa dimulai.
Kemudian yang kedua adalah Kolaborasi dengan Komunitas. Jangan berjalan sendiri. Ajak masyarakat, komunitas pecinta lingkungan, atau bahkan pelanggan. Seperti Santika yang melibatkan DLHK dan PWI Depok, kolaborasi membuat gerakan menjadi kuat dan berkelanjutan.
Dan yang terakhir yakni Edukasi dan Dokumentasi. Jadikan aksi bersih sebagai momen edukatif. Publikasikan, bukan untuk pamer, tapi untuk menginspirasi. Cerita baik hanya akan menular kalau dibagikan.
Baca juga: RS Bhayangkara Brimob Gelar Operasi Katarak Gratis
Refleksi dari Sebuah Sapu
Menjelang akhir kegiatan, seorang anak kecil, putri salah satu karyawan hotel, ikut memungut sampah di pinggir taman. Tangannya kecil, tapi langkahnya mantap.
“Mama, ini buat bumi, ya?” katanya polos.
Semua orang yang mendengar hanya bisa tersenyum. Karena di tangan anak kecil itu, masa depan sedang ditulis bukan dengan tinta, tapi dengan tindakan. Bumi tidak butuh pahlawan, hanya butuh manusia yang mau peduli.
Dari Taman ke Seluruh Kota
Kegiatan kecil di Taman Leli itu mungkin terlihat sepele. Tapi dari sanalah perubahan besar bisa bermula. Hari itu, bukan hanya taman yang bersih tapi juga hati-hati yang tersentuh. Dari karyawan hotel, wartawan, pesapon, hingga warga sekitar, semua menulis bab baru tentang Depok: bab tentang kesadaran.
Jika setiap pengusaha di Depok mau mengambil peran sekecil apapun, kota ini akan punya masa depan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih manusiawi.
Baca juga: Upaya Persatuan Guru Besar Indonesia Sepakati Bentuk Satgas Lingkungan Berkelanjutan
Depok, Mari Berbenah
Menjelang siang, karung-karung sampah disusun rapi di tepi jalan. Truk kecil DLHK datang menjemput. Para relawan saling menepuk bahu, tertawa kecil, lalu pulang dengan wajah lelah tapi bahagia.
Tak ada seremoni, tak ada panggung besar. Hanya rasa lega, karena mereka tahu telah melakukan sesuatu. Mungkin dunia tak akan langsung berubah karena satu kegiatan bersih-bersih. Tapi perubahan besar selalu dimulai dari langkah pertama. Dan hari itu, Hotel Santika Depok, PWI Depok, DLHK, dan masyarakat sekitar telah mengambil langkah itu.
Depok yang bersih bukan mimpi. Ia hanya menunggu kita berhenti bicara dan mulai bergerak.
Karena bumi tidak meminta banyak hanya butuh kita untuk peduli. Sahabat Bumi bukan sekadar program. Ia adalah cara hidup. Dan di kota yang terus tumbuh ini, semoga semakin banyak tangan-tangan yang mau kotor demi menjaga kebersihan yang suci. (***)
Penulis: Djoni Satria/Wartawan Senior

3 hours ago
9













































