Saleh Aljafarawi, Sang Jurnalis Gaza Tak Bisa Lagi Mengudara

4 hours ago 7
Saleh Aljafarawi jurnalis Palestina gugur di medan juang.(@muhammadsmiry)Saleh Aljafarawi jurnalis Palestina gugur di medan juang.(@muhammadsmiry)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Saleh Aljafarawi, wajahnya tak asing bagi netizen Indonesia. Wartawan sekaligus influencer Palestina kerap berbagi update kondisi Gaza.

Tapi, kini ia tak lagi mengudara. Wajahnya tak akan kembali muncul mewartakan seperti biasa. Saleh telah berpulang ke haribaan Nya. Menjemput mimpi besar umat Muslim di dunia.

Ia gugur saat bertugas. Gugur di medan perjuangan membela tanah airnya, yang dijajah.

Ada beberapa versi kematiannya. Al Jazeera melaporkan Saleh syahid saat meliput bentrokan Hamas dengan milisi atau yang kerap disebut Genk pengkhianat binaan zionis.

Ada pula laporan yang menyebut, ia sempat diculik, disiksa lalu ditembak jarak dekat.

Menurut laporan dari sumber lokal, Saleh diculik kelompok bersenjata dan dieksekusi dengan tujuh tembakan. Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah diumumkannya gencatan senjata di Gaza.

Tujuh peluru yang bersarang di dadanya, menjadi saksi bagaimana ia mengabarkan pada dunia tentang kejinya sebuah praktik genosida, yang terjadi di depan mata dunia.

Saleh akhirnya wafat dengan pakaian tugasnya, bertuliskan: Press. Kesedihan tak hanya di Gaza, tapi mengular kemana-mana. Sampai ke Indonesia.

Wartawan Saleh termasuk salah satu tokoh media yang paling menonjol selama genosida Israel di Gaza, mendokumentasikan kejahatan penjajah Israel terhadap warga sipil selama dua tahun.

Sebelumnya tak ada yang mengenal Saleh, tak ada yang tahu ia siapa. Meski sudah lama melakukan peliputan sekitar tahun 2018, namun namanya baru mewangi saat terjadi genosida di Gaza.

Paska informasi updatenya tentang Gaza, nyaris setiap hari ia mengabarkan pada dunia, saat itulah banyak mata mulai mengikuti informasi Gaza yang dibaginya. Ia dikenal dengan nama julukan: Saleh Gaza.

Saat berita wafatnya menyebar, semua ikut sedih atas kepergiannya.

Kesedihan kian bertambah, selang sehari wafatnya, sang kakak bernama Naji Aljafarawi telah dibebaskan dari penjara Israel. Tapi, Saleh telah pergi untuk selama-lamanya.

Padahal pertemuan Saleh dengan kakak telah dinanti bertahun-tahun.

Menurut laporan Days of Palestina, sebelum gencatan senjata, tiap hari dua petugas medis menjadi korban kebiadaban genosida. Tiap tiga hari sekali, satu jurnalis dibunuh.

Sampai 13 Oktober 2025, menurut laporan Pemerintah Gaza, tercatat 255 jurnalis tewas dibunuh tentara penjajah zionis. Termasuk Saleh.

Jejak Udara hingga Dikenal Dunia

Nama Saleh Aljafarawi kali pertama dikenal publik ketika meliput: Great March of Return, tahun 2018. Ia bekerja sebagai jurnalis lepas dan fotografer lapangan untuk berbagai media lokal di Gaza.

Nyali besarnya mendokumentasikan konflik menjadikannya salah satu figur utama dalam liputan realtime Gaza. Sejak awal genosida Israel tahun 2023, ia terus mengabarkan langsung dari lapangan.

Saleh mengabarkan kepada dunia lewat media sosialnya pribadinya ihwal beragam kejadian mengerikan, kadang mengabarkan pula kabar kebahagiaan.

Ia merekam kehancuran, jatuhnya korban, dan situasi rumah sakit. Karyanya dibagikan luas melalui akun Instagram pribadinya yang sempat mencapai lebih 10 juta followers. Popularitas inilah yang menjadikannya target, hingga akun utamanya diblokir dan aksesnya ke media sosial dibatasi berkala.

Terlepas profesinya sebagai jurnalis, Saleh aktif di berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Ia aktif dalam mendistribusikan beragam bantuan bagi pengungsi dan menginisiasi penggalangan dana pembangunan rumah sakit anak-anak di Gaza.

Pernah suatu ketika, ia berhasil mengumpulkan hingga 10 juta dolar dalam waktu singkat. Kala Idul Adha 2025, ia juga memfasilitasi penyembelihan hewan kurban dalam jumlah besar di tengah situasi perang.

Ancaman Zionis

Popularitas Saleh Aljafarawi di media sosial dan nyalinya yang besar dalam meliput langsung serangan demi serangan di Gaza menjadikannya musuh utama dalam narasi Israel.

Bahkan Pemerintah Israel secara terbuka memberi julukan Saleh, sebagai: propagandis Hamas.

Selain itu, Saleh dituding memanipulasi fakta melalui rekayasa video yang disebut zionis sebagai: Pallywood. Julukan "Mr. FAFO" atau akronim dari F**k Around and Find Out melekat pada Saleh di ruang daring warga Israel.

Saleh sejak lama menjadi target pembunuhan zionis. Dalam beberapa kali videonya, ia pun mengetahui jika menjadi sasaran pembunuhan. Namun, hal itu tidak mengendurkan nyalinya sama sekali.

Saleh terus berbagi informasi, berbagi kabar tentang situasi terbaru di Gaza.

Pada 12 Oktober 2025, perang meletus di lingkungan Sabra dan Tal al-Hawa, selatan Kota Gaza. Tembak-tembakan terjadi antara pasukan Hamas dengan kelompok bersenjata lokal yang disinyalir melalui banyak laporan diidentifikasi sebagai pengkhianat yang berkolusi dengan zionis.

Bentrokan bersenjata itu terjadi beberapa setelah diumumkannya gencatan senjata. Menurut berbagai sumber lokal dan regional, bentrokan dipicu tuduhan perampokan dan kolaborasi dengan Israel yang diarahkan Hamas kepada unsur-unsur bersenjata dari genk brutal tersebut.

Di tengah kekacauan itu, Saleh Aljafarawi tetap melakukan peliputan, ia mendokumentasikan kejadian itu hingga tersiap kabar Saleh dilaporkan diculik kelompok bersenjata.

Keluarganya, melalui pernyataan yang dikutip sejumlah media, mengonfirmasi Saleh sempat dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Sumber-sumber Palestina melaporkan wartawan Saleh al-Jaafrawi ditembak pada Ahad (13/10/2024) oleh geng bersenjata di selatan Kota Gaza. Sumber-sumber itu mengatakan Saleh ditembak anggota milisi bersenjata saat sedang meliput kehancuran di lingkungan al-Sabra.

Para aktivis di media sosial mengedarkan foto-foto jurnalis tersebut beberapa saat setelah kematiannya dan mengkonfirmasi bahwa Saleh diculik dan dieksekusi orang-orang bersenjata.

Wartawan Al Jazeera, Nour Khaled, mengatakan pagi itu, orang-orang bersenjata menargetkan sejumlah pemuda di lingkungan al-Sabra, termasuk wartawan Saleh al-Jaafrawi, yang ditembak tujuh peluru.

Penyisiran Geng Bersenjata

Sumber-sumber keamanan mengatakan kepada Al Jazeera, dikutip Selasa (14/10/2025), dinas keamanan telah mengambil kendali penuh atas geng bersenjata di Gaza. Operasi penyisiran menyeluruh telah dilakukan di daerah itu menyusul dimulainya tahap pertama gencatan senjata Gaza.

Sumber-sumber mengkonfirmasi kepada Al Jazeera sejumlah orang yang dituduh mengeksekusi para pengungsi dan berkolaborasi dengan penjajah telah terbunuh dalam bentrokan dengan milisi di Gaza.

Mereka mengungkapkan pihak keamanan menangkap sekitar 60 anggota milisi dan memindahkan mereka ke lokasi yang aman. Sebelumnya, seorang sumber terkemuka di Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan terjadi baku tembak di Kota Gaza dengan milisi bersenjata yang berafiliasi dengan zionis yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.

Pihak keamanan memberlakukan pengepungan terhadap milisi saat ini. Sumber menambahkan elemen-elemen milisi membunuh para pengungsi saat mereka kembali dari Jalur Gaza selatan ke Kota Gaza. Termasuk membunuh Saleh Aljafarawi.

Saleh Aljafarawi lahir 22 November 1998 di Jalur Gaza. Sejak kecil ia dikenal sebagai penghafal Al-Qur'an dan memiliki suara merdu saat melantunkan ayat Quran dan nasyid. Salah satu karya yang dikenal luas adalah lagu perjuangan bertajuk: Qawiyya Ya Ghazza.

Ia menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, Jurusan Jurnalistik dan Komunikasi, Universitas Islam Gaza, lulus tahun 2019. Selain berjibaku di dunia media, ia juga aktif dalam olahraga tenis meja dan sempat mewakili Palestina di kejuaraan dunia pada 4 Februari 2023 di Qatar.

Dalam setiap videonya, Saleh menantang dunia untuk melihat Gaza bukan sekadar medan perang, tapi sebagai rumah bagi manusia yang memiliki martabat.

Kini, Saleh tak bisa lagi mengudara. Selama-lamanya.

Ia telah mencapai impian besarnya: gugur di medan juang. Banyak warga Gaza mengantarkan jenazah Saleh sampai ke peristirahatan terakhirnya. Al Fatihah

Rudi Agung

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |