Secangkir Teh di Seberang Pagar Laut

1 month ago 32

Halo pembaca,

Duduk di kapal nelayan bermesin tunggal pada Selasa malam, 14 Januari 2024, jurnalis Tempo Egi Adyatama bertarung melawan rasa mual. Cuaca buruk berupa angin kencang dan hujan deras yang menyapu wilayah perairan di Desa Kronjo, Kabupaten Tangerang, belum sepenuhnya lenyap. Gelombang yang agak tinggi membuat kapal terombang-ambing cukup keras.Tujuannya memastikan keberadaan pagar laut yang kini ramai dibicarakan itu.

Egi tahu bahwa ia harus mendekati deretan bambu yang berjarak sekitar dua kilometer dari bibir pantai.Sehari sebelumnya, saya menugaskan dia untuk mereportase kondisi di laut yang “ditanami” bambu-bambu di kawasan perairan Tangerang. Panjangnya mencapai lebih dari 30 kilometer, dari Desa Muncung di barat Tangerang hingga Tanjung Burung di timur.

Saya pun meminta Egi untuk mewawancarai para nelayan yang terkena dampak dari pagar laut. Dari mereka, ia mendapat berbagai cerita ihwal bagaimana pagar itu mematok laut. Tak hanya mengubek-ubek lautan Tangerang, kami juga menugaskan dua koresponden di Provinsi Banten untuk mencari informasi soal kisruh pagar laut.

Di Jakarta, wartawan Tempo Erwan Hermawan berjibaku mencari bahan tulisan. Ia mendapat informasi bahwa pemasangan pagar laut diduga terkait dengan proyek Pantai Indah Kapuk Tropical Coastland yang digarap oleh Agung Sedayu Group, perusahaan milik Sugianto Kusuma alias Aguan, serta Salim Group. Proyek itu bersebelahan dengan kawasan Pantai Indah Kapuk atau PIK 2 yang juga dikembangkan Agung Sedayu.

Erwan pun mendapatkan informasi bahwa ada upaya mensertifikatkan kawasan yang telah dipatok dengan bambu. Penelusuran tim Tempo menunjukkan ada banyak kejanggalan dalam sertifikasi tanah eh laut tersebut. Misalnya, ada dokumen palsu yang digunakan dalam proses sertifikasi. Pun banyak pihak terlibat dalam sertifikasi tersebut.

Pagar dan sertifikasi laut seperti jurus mabuk yang dilancarkan dengan membabi-buta, tapi mendapat restu negara. Bagaimana mungkin Badan Pertanahan Nasional bisa menerbitkan sertifikat seluas 300 hektare dengan dasar dokumen palsu? Yang lebih mendasar lagi, laut kok disertifikatkan? Pertanyaan itu ada jawabannya di laporan utama Majalah Tempo pekan ini.

Untuk Anda yang penasaran dengan nasib Egi, tak perlu khawatir. Egi cukup kuat untuk kembali liputan setelah minum teh hangat sambil menyaksikan pagar laut dari kejauhan. Selamat membaca.

Stefanus Pramono
Redaktur Pelaksana Tempo

Siapa di Balik Pagar Laut Tangerang dan Apa Tujuannya?

Penelusuran Tempo terhadap pembuat pagar laut Tangerang. Terhubung ke orang dekat Aguan dan ada sertifikat HGB di atas laut. Baca selengkapnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak Pagar Laut terhadap Nelayan Tangerang

Nelayan di pesisir utara Tangerang nyaris kehilangan mata pencarian setelah pagar laut berdiri. Di darat pun penduduk dipaksa menjual tanahnya. Siapa yang memaksa mereka? Siapa yang memaksa mereka?

Setelah Elite Partai Meminta Kadernya Tak Menyoal Pagar Laut Tangerang

DPR menunggu aba-aba Prabowo Subianto untuk menyigi PIK. Ada permintaan tak menyenggol proyek strategis nasional.Permintaan siapa?

Pagar Laut Tangerang: Lemahnya Penguasa di Depan Pengusaha

Pagar di laut Tangerang beririsan dengan area pengembangan Pantai Indah Kapuk. Lemahnya penguasa di depan pengusaha. Baca selengkapnya. Baca selengkapnya.

Investigasi Aktor di Belakang Pembuat Pagar Laut Tangerang

Tim Tempo menelusuri aktor di balik pembuatan pagar laut Tangerang. Temuannya di luar nalar.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |