
BANDUNG, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kepanikan kembali menyelimuti Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Hanya berselang sehari setelah pemerintah daerah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), puluhan pelajar kembali tumbang setelah menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (24/9/2025).
Insiden ini menambah panjang daftar korban keracunan MBG yang sudah terjadi sejak awal pekan. Kapolsek Sindangkerta Iptu Sholehuddin membenarkan laporan keracunan terbaru tersebut. Para siswa yang mengalami gejala mual, muntah, dan pusing langsung dievakuasi ke posko darurat di Kecamatan Cipongkor untuk mendapatkan pertolongan cepat.
Lonjakan Korban Sebelum KLB
Sehari sebelumnya, Selasa (23/9/2025), Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail resmi mengumumkan status KLB setelah jumlah pelajar terdampak keracunan MBG mencapai 411 orang. Mereka berasal dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK sederajat. Dari total tersebut, 47 orang harus dirawat inap dan sisanya menjalani rawat jalan di RSUD Cililin, Puskesmas Cipongkor, GOR Kecamatan Cipongkor, dan RSIA Anugrah.
Menurut Kepala Puskesmas Cipongkor Yuyun Sarihotimah, kondisi korban saat itu masih dipantau intensif. Gejala yang dialami relatif serupa: mual, muntah, pusing, hingga sesak napas. Tim medis disiagakan di berbagai titik pelayanan untuk mengantisipasi lonjakan pasien baru.
Langkah Pemkab: Dapur MBG Dihentikan, Investigasi Jalan
Bupati Jeje menegaskan bahwa fokus utama pemerintah adalah memastikan para korban pulih sepenuhnya. Seluruh layanan kesehatan diperkuat, pendampingan diberikan kepada keluarga korban, dan dapur penyedia MBG di Cipongkor dihentikan sementara untuk kepentingan investigasi.
Ia juga mengungkapkan bahwa evaluasi menyeluruh terhadap Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) di seluruh Bandung Barat tengah dilakukan. Dari catatan Pemkab, masih ada 85 dapur MBG yang belum mengantongi sertifikasi sehat. “Kami ingin semua dapur memenuhi standar keamanan pangan sebelum melayani siswa,” ujarnya dalam pernyataan resminya.
Pakar kesehatan masyarakat Tjandra Yoga Aditama mengingatkan pentingnya prinsip keamanan pangan pada program makan massal, terutama yang menyasar anak-anak. Menurutnya, setiap tahapan mulai dari pemilihan bahan, proses memasak, hingga penyajian harus diawasi ketat agar tidak terjadi kontaminasi berbahaya.
Ia juga mendorong agar penyelidikan epidemiologis dilakukan secara menyeluruh, meliputi analisa biologi kesehatan masyarakat hingga komunikasi risiko secara terbuka kepada publik. “Kalau penyebabnya sudah jelas, ini harus menjadi pembelajaran agar kejadian serupa tidak berulang,” tegasnya.
Menunggu Hasil Uji Sampel
Hingga kini, penyebab pasti keracunan masih diteliti. Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan diperkirakan baru keluar dalam beberapa hari mendatang. Sementara itu, Pemkab Bandung Barat terus memperkuat posko kesehatan dan mengimbau masyarakat untuk melaporkan segera bila muncul gejala serupa.
Kasus Cipongkor menjadi ujian besar bagi program Makan Bergizi Gratis. Dengan dua kejadian keracunan massal dalam waktu berdekatan, evaluasi menyeluruh menjadi mutlak agar program yang ditujukan untuk meningkatkan gizi anak justru tidak berubah menjadi ancaman kesehatan. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.