TEMPO.CO, Jakarta - Pengembang permainan Koin Jagat yang sedang viral di kota-kota besar dipanggil oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). pada Rabu, 15 Januari 2025. Pemanggilan dilakukan melalui daring lantaran para pengembang berada di luar negeri.
Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria mengatakan pengembang bakal meninjau pola permainan mereka usai mendapat aduan para pengguna aplikasinya merusak fasilitas publik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pengembangnya itu me-review kemudian mungkin akan mengubah pola permainannya untuk tidak sampai merusak,” ujar Nezar saat ditemui usai acara Semangat Awal Tahun 2025 di Jakarta Selatan pada Rabu, 15 Januari 2025.
Serba-Serbi Koin Jagat
1. Koin Bisa Ditukarkan Uang Tunai
Dalam permainan ini, pengguna dapat mencari dan mengumpulkan koin virtual yang tersebar di berbagai lokasi publik di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Setiap koin yang ditemukan bisa ditukarkan dengan hadiah uang tunai. Nilai hadiah koin bervariasi, dengan Koin Perunggu menawarkan hadiah antara Rp300.000 hingga Rp1.000.000, sementara Koin Emas menawarkan hadiah yang lebih besar, menjadikannya incaran utama para pemburu koin.
2. Fitur Aplikasi Jagat
Koin Jagat adalah fitur terbaru dalam aplikasi sosial Jagat. Aplikasi Jagat sendiri dikenal sebagai platform yang memungkinkan penggunanya tetap terhubung dengan keluarga dan sahabat secara real-time. Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna bisa melacak lokasi dan aktivitas orang terdekatnya.
3. Pengguna Rusak Fasilitas Umum
Banyak keluhan muncul mengenai kerusakan fasilitas umum yang disebabkan oleh para pemburu koin yang terlalu fokus mencari hadiah.Di Jakarta, kawasan Gelora Bung Karno (GBK) menjadi lokasi ramai para pemburu koin, sementara di Bandung, taman-taman kota seperti Taman Tegalega dan Taman Sukajadi mengalami kerusakan parah. Tanaman diinjak-injak dan lantai taman dibongkar demi menemukan koin.
Fenomena ini mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Pj Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, mengimbau warga Jakarta untuk tidak merusak fasilitas umum dan meminta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk mengawasi lokasi-lokasi yang rawan dijadikan tempat berburu koin. Selain itu, Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara, juga meminta agar pengembang aplikasi Jagat menghentikan permainan berburu koin di lokasi publik jika merusak fasilitas umum.
4. Serupa dengan Pokemon GO
Dosen Sistem Informasi Universitas Dinamika (Stikom Surabaya), Romeo, mengatakan sejatinya permainan ini bukan hal yang baru di dunia digital. Sebelumnya, sudah pernah ada permainan yang serupa dengan Koin Jagat ini, yaitu Pokemon Go. Romeo menjelaskan, meskipun Pokemon Go dan Koin Jagat serupa, mereka tak sama.
“Pokemon Go adalah aplikasi berbasis game yang menggunakan augmented reality (AR) dan GPS, sedangkan Koin Jagat merupakan aplikasi media sosial berbasis lokasi,” ucapnya.
5. Membuat Pemain Emosional
Psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI), Anna Surti Ariani, menyebut permainan Koin Jagat membuat pemain cenderung emosional serta egois hanya melakukan yang menguntungkan untuk dirinya.
"Ada pula yang memang tak menghormati fasilitas umum, tak peduli pada kegunaannya bagi masyarakat, cenderung egois hanya berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menguntungkan dirinya sehingga tak peduli jika merusak fasilitas umum. Ada pula orang-orang yang cenderung emosional, jika tidak menemukan apa yang dicari, dia jadi marah, dan tak peduli apa yang dilakukannya," katanya.
Ia menambahkan dampak negatif yang mungkin bisa terjadi adalah pertengkaran dengan sesama pemburu Koin Jagat.
Putri Safira Pitaloka dan Sapto Yunus berkontribusi dalam penulisan artikel ini.