REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Skye Gyngell, chef yang tercatat sebagai wanita Australia pertama peraih bintang Michelin, meninggal dunia di London pada usia 62 tahun. Sebelum meninggal, Gyngell harus berjuang melawan jenis kanker kulit langka yang, secara ironis, merenggut indra perasanya pada masa-masa terakhir kehidupannya.
Lahir pada 6 September 1963, putri dari eksekutif televisi Australia Bruce Gyngell dan desainer interior Ann Barr, Skye Gyngell mengawali perjalanan kulinernya dengan pelatihan di Sydney dan Paris sebelum menetap di London. Namanya mulai melambung ketika memimpin Petersham Nurseries Café di Richmond pada 2004. Di sanalah, dengan hidangan segar, tanpa basa-basi, dan etos yang mengutamakan sayuran, ia berhasil meraih bintang Michelin pada 2011, menjadikannya tonggak sejarah bagi chef wanita dari Australia.
Pengakuan Michelin tersebut, meski membanggakan, ternyata membawa tekanan luar biasa yang tidak sejalan dengan filosofi Gyngell. Ia memutuskan meninggalkan Petersham Nurseries pada awal 2012.
"Itu adalah kutukan. Kedengarannya mungkin sangat tidak berterima kasih. Sejak kami mendapatkan bintang itu, kami dibanjiri pengunjung setiap hari, yang sangat sulit bagi restoran sekecil itu. Dan kami menerima lebih banyak keluhan," ujarnya kepada The Telegraph pada 2012, menjelaskan alasan di balik keputusannya.
Gyngell kemudian membuka babak baru kariernya pada 2014 dengan membuka restoran miliknya, Spring, di Somerset House, London tengah. Restoran ini dirancang oleh saudara perempuannya dan terus mengusung pendekatan musiman yang sama, mengutamakan bahan baku, namun dalam suasana yang lebih formal. Dia mengawasi dua restoran, Marle dan Hearth, yang dipasok langsung dari pertanian biodinamis milik perkebunan itu sendiri.
Dalam wawancara dengan The Independent, ia menjelaskan filosofi memasaknya yang semakin sederhana. “Saya selalu menjadi juru masak yang sangat sederhana, tetapi semakin kami merasa hormat terhadap hasil bumi, semakin sedikit dan sedikit pula kami ingin mengubahnya,” kata dia kala itu.
Namun, di tengah kesuksesan dan pengaruhnya, Gyngell harus berhadapan dengan penyakit. Pada 2024, ia didiagnosis menderita Merkel cell carcinoma, sebuah bentuk kanker kulit langka dan agresif yang kemudian menyebar ke kelenjar ludahnya. Perawatan yang ia jalani, termasuk operasi pengangkatan kelenjar ludah, membawa dampak yang sangat menyakitkan yaitu ia kehilangan indera perasa dan penciumannya.

1 hour ago
10

















































