Siswa SD Tewas Tenggelam Saat Outbond di Gunungkidul, Pembina Pramuka Tak Sadar Peserta Hilang

3 hours ago 7
ilustrasi remaja tenggelam di danauIlustrasi | joglosemarnews.com

GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kegiatan outbond yang semestinya menjadi ajang belajar menyenangkan bagi para siswa SD Negeri Kamal, Kalurahan Wunung, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, berubah menjadi tragedi memilukan. Seorang siswa kelas 2 bernama GS (8) ditemukan tewas tenggelam di Sungai Kamal pada Rabu (15/10/2025) malam.

Insiden bermula ketika sekitar 80 siswa dari enam kelas mengikuti kegiatan Pramuka di bawah bimbingan dua pembina. Mereka berangkat dari sekolah sekitar pukul 13.00 WIB untuk berjalan kaki menuju Sungai Kamal, yang berjarak sekitar 2,5 kilometer. Di lokasi itu, para siswa diminta melakukan pengamatan terhadap lingkungan, hewan, dan tumbuhan.

Menurut Kapolsek Wonosari, Kompol Edy Purnomo, kegiatan di sungai berlangsung hingga sekitar pukul 15.00 WIB. Beberapa siswa tampak bermain di tepian sungai, bahkan sebagian turun ke air yang dangkal. Setelah itu, pembina menginstruksikan seluruh peserta kembali ke sekolah. Namun tanpa disadari, GS tak ikut dalam rombongan pulang.

“Setibanya di sekolah sekitar pukul 16.00 WIB, pembina menemukan tas dan sepatu milik korban masih tertinggal. Tapi mereka mengira anak itu sudah pulang dijemput orang tuanya, sehingga barangnya hanya dititipkan ke teman,” ungkap Edy, Kamis (16/10/2025).

Ketika sore menjelang malam, GS belum juga tiba di rumah. Orang tuanya pun mulai cemas dan melakukan pencarian bersama warga. Dari keterangan teman-temannya, GS terakhir terlihat di sekitar Sungai Kamal. Warga akhirnya menyisir aliran sungai, hingga seorang relawan menemukan tubuh bocah malang itu di dasar air sedalam dua meter sekitar pukul 20.00 WIB.

Dokter RSUD Wonosari memastikan korban sudah meninggal beberapa jam sebelum ditemukan. Dari hasil pemeriksaan, terdapat darah keluar dari telinga kiri dan diduga ada benturan di kepala akibat terbentur batu sungai. “Tidak ditemukan tanda kekerasan, kemungkinan korban terpeleset dan terbentur sebelum tenggelam,” jelas Edy.

Yang lebih menyayat hati, ayah korban, Supriyadi, mengaku tidak mengetahui bahwa anaknya mengikuti kegiatan outbond di sungai. Ia baru mendapat kabar ketika sang anak tak kunjung pulang hingga malam hari.

“Pagi itu anak saya berangkat sekolah seperti biasa. Tidak ada pemberitahuan sama sekali dari pihak sekolah kalau ada kegiatan di sungai. Kalau tahu, pasti saya larang karena anak saya tidak bisa berenang,” ujar Supriyadi dengan mata berkaca-kaca di rumah duka.

Ia berharap pihak sekolah bertanggung jawab dan lebih berhati-hati dalam merencanakan kegiatan luar ruangan yang melibatkan anak-anak. “Anak-anak seusia itu rasa ingin tahunya tinggi. Tapi justru karena itulah mereka harus diawasi lebih ketat,” tuturnya lirih.

Tragedi ini kini tengah diselidiki oleh pihak kepolisian. Polisi berencana memeriksa pihak sekolah dan para pembina untuk mengetahui apakah ada unsur kelalaian dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |