CANTIKA.COM, Jakarta - L’Oréal kembali menghadirkan program L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) di Indonesia sebagai wujud nyata dalam komitmen mendukung kontribusi perempuan peneliti untuk kemajuan Indonesia, didukung oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Program ini telah konsisten memberikan penghargaan bagi perempuan peneliti Indonesia selama 22 tahun terakhir.
Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia menyampaikan, “Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam sains dan matematis. Namun, kesenjangan masih terjadi, baik dalam kesempatan kerja, perbedaan gaji, maupun representasi di bidang STEM.
Meningkatkan jumlah partisipasi perempuan dalam bidang sains bukan hanya persoalan kesetaraan, tetapi juga persoalan ekonomi. Karena, negara akan merugi jika tidak memanfaatkan potensi individu terbaik di bidangnya. Sejalan dengan inisiatif L’Oréal, kami juga berupaya memperkuat narasi pentingnya peran perempuan dalam penelitian dan inovasi; salah satunya melalui program ‘Science untuk Wanita dan Wanita untuk Science’ dan program di bawah Direktorat Diseminasi Sains dan Teknologi.
Berdasarkan laporan UNESCO pada 2025, 43,5 persen peneliti di Indonesia adalah perempuan. Dukungan bagi perempuan peneliti untuk mencapai kesetaraan masih perlu dilanjutkan. Program FWIS memberikan penghargaan melalui pendanaan riset, membuka jejaring global, dan mendukung langkah perempuan peneliti untuk menghadirkan solusi terhadap permasalahan di sekitar mereka.
Benjamin Rachow, President Director L'Ore´al Indonesia menyampaikan penelitian dan inovasi adalah hal yang sangat mendasar bagi L'Ore´al. Dengan tujuan menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, kami percaya sains dapat memberikan makna dan dampak positif bagi kehidupan; melalui inovasi produk hingga program yang bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Melalui program FWIS, kami mendukung para perempuan peneliti untuk menghadirkan sains yang berdampak, memberikan akses jaringan kolaborasi, dan juga memberikan ruang bagi mereka untuk bersinar. Karena dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan.”
Selama lebih dari 22 tahun hadir di Indonesia, 79 perempuan peneliti telah mendapatkan dukungan untuk berkontribusi di berbagai bidang keilmuan sekaligus menciptakan multiplier effect yang menumbuhkan generasi baru ilmuwan perempuan di seluruh Indonesia. Tahun ini terdapat 4 peneliti terpilih sebagai penerima FWIS 2025 yang masing-masing mendapatkan total dukungan pendanaan riset senilai Rp400.000.000, dan kesempatan berjejaring dengan komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia.
Kolaborasi dan Kebermanfaatan jadi Poin Penting FWIS 2025
L’Oréal–UNESCO For Women in Science 2025 memberikan penghargaan kepada 4 perempuan peneliti dan mendorong kolaborasi sains yang berdampak nyata pada Selasa, 12 November 2025 di Jakatta/Foto: Doc. L’Oréal
Tahun ini, program FWIS mencatat peningkatan partisipasi sebesar lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan ratusan proposal penelitian yang masuk dari berbagai universitas dan lembaga riset di seluruh Indonesia, dan 70 persen diantaranya adalah perempuan peneliti muda di bawah 40 tahun. Peningkatan tersebut mencerminkan semakin kuatnya minat dan kepercayaan diri perempuan Indonesia untuk berkontribusi melalui sains dan inovasi.
Selain itu, sebagian besar proposal riset yang diajukan berakar pada potensi lokal dan kekayaan hayati Indonesia, mulai dari pengembangan tanaman asli bernilai tinggi hingga inovasi pengelolaan limbah menjadi sumber daya berkelanjutan. Tren ini menegaskan bahwa sains memiliki peran penting sebagai fondasi kemajuan bangsa, sekaligus bukti bahwa semakin banyak ilmuwan perempuan Indonesia yang berani melangkah maju, memperluas kontribusi, dan memperkuat kolaborasi lintas institusi serta disiplin ilmu.
Prof. dr. Herawati Sudoyo, Ketua Dewan Juri FWIS 2025 menyatakan, “FWIS adalah penghargaan yang tergolong prestisius dan dicari oleh pada perempuan peneliti, tidak hanya bagi para perempuan peneliti yang tergolong muda, tetapi juga yang sudah lebih lama menggeluti bidang penelitiannya.
Tahun ini istimewa, karena terdapat hampir 150 pendaftar—terbesar dalam lima tahun terakhir—yang berasal dari Papua Barat, Sumatera, hingga Asia dan Eropa. Selain kebermanfaatan bagi bangsa, perempuan peneliti yang terpilih menunjukkan track record dan potensi kolaborasi; karena tanpa kolaborasi, penelitian hampir mustahil untuk terealisasi.”
Mayoritas proposal penelitian yang masuk berakar pada potensi lokal dan keanekaragaman hayati Indonesia, mulai dari pengembangan tanaman asli menjadi bahan aktif bernilai tinggi, hingga inovasi pengelolaan limbah menjadi sumber daya berkelanjutan.
Para peneliti juga didorong untuk berkolaborasi; menggabungkan pendekatan multidisiplin, mengintegrasikan life science dengan material science dan teknologi mutakhir untuk menjawab persoalan yang nyata di masyarakat. Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability PT L’Oréal Indonesia juga menambahkan “Di dalam komunitas FWIS, kolaborasi antar peneliti bukan sekadar wacana, melainkan sudah menjadi budaya.
Para alumni aktif membangun ruang diskusi, berbagi peluang penelitian, dan menjalin kemitraan lintas sektor, dari bidang life science hingga non-life science. Interaksi seperti inilah yang melahirkan ide-ide baru dan menjadikan penelitian lebih aplikatif serta berdampak. Melalui jaringan FWIS, para alumni FWIS menemukan banyak mitra potensial untuk berkolaborasi dan berkembang bersama lintas disiplin ilmu.”
Pilihan Editor: Curhat Wamen Stella Christie Jadi Peneliti, Berasa Bos untuk Diri Sendiri
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.


















































