Strategi Perang Hamas dan Kemiripannya dengan Strategi Nabi Muhammad

21 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaza saat ini sedang mengalami proses pemulihan setelah konflik yang berkepanjangan. Tahanan dibebaskan, sandera dipulangkan, dan situasi keamanan mulai membaik.

Prestasi mencapai kondisi saat ini sangat ditentukan oleh ketahanan gerakan perlawanan Hamas yang konsisten mempertahankan Tanah Air Palestina. Strategi perang Hamas sering dibandingkan dengan strategi perang Nabi Muhammad, yang menekankan pentingnya kesabaran, diplomasi, dan taktik gerilya. 

Pembahasan berikut mengulas strategi militer Hamas yang kerap dianggap memiliki kemiripan dengan strategi perang Nabi Muhammad, sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab Sirah Nabawiyah.

1. Menonjolkan kecerdasan taktis

Strategi perang Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana dicatat dalam Sirah Ibn Ishaq dan Sirah Ibn Hisyam, berkembang sesuai dengan kondisi zamannya. Pada masa awal di Madinah, strategi Nabi berfokus pada pertahanan umat Islam yang masih minoritas, dengan menonjolkan kecerdasan taktis, pengelolaan psikologis, dan mobilitas tinggi.

Hamas, yang menghadapi ketimpangan kekuatan ekstrem melawan Israel, secara tidak langsung menerapkan beberapa prinsip serupa — terutama dalam konsep perang asimetris atau al-harb al-mutakafifah.

2. Prinsip Perang Asimetris

Dalam beberapa pertempuran seperti Perang Badar, pasukan Muslim berjumlah jauh lebih sedikit dan persenjataannya terbatas. Kemenangan diraih berkat penguasaan medan dan semangat juang yang tinggi.

Hamas juga beroperasi dengan logika yang sama: menghadapi kekuatan militer yang jauh lebih besar dengan taktik medan, seperti memanfaatkan jaringan terowongan bawah tanah “Gaza Metro,” serta menggunakan senjata rakitan dan roket jarak pendek untuk mengimbangi keunggulan teknologi Israel.

3. Perang Psikologis dan Propaganda

Nabi Muhammad dikenal sebagai ahli strategi psikologis. Dalam Perang Khandaq, misalnya, ide menggali parit berhasil mengejutkan dan menggoyahkan mental musuh.

Di era modern, Hamas memanfaatkan serangan roket tidak hanya untuk tujuan militer, tetapi juga untuk menimbulkan tekanan psikologis — menciptakan rasa takut, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menekan moral publik serta politik Israel.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |