Aktivis Greenpeace menggelar aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Kamis (19/6/2025). Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga sipil Gaza yang terus menjadi korban dalam krisis kemanusiaan yang paling parah di abad ini. Dalam aksi bertajuk Stop Genocide, Peace Now ini menyerukan penghentian segera perang dan kekerasan terhadap warga sipil, serta mendesak dibukanya akses penuh bagi bantuan kemanusiaan yang selama ini dibatasi. Seruan ini menjadi bagian dari gelombang suara global yang menuntut perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia bagi warga sipil di Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar warga Amerika Serikat mendukung pengakuan terhadap kenegaraan Palestina. Berdasarkan jajak pendapat terbaru Reuters/Ipsos, sekitar 59 persen responden berpendapat bahwa AS seharusnya mengakui negara Palestina, sementara 33 persen menentang, dan sisanya tidak yakin atau tidak menjawab.
Dukungan ini melintasi batas partai: 80 persen dari Partai Demokrat setuju dengan pengakuan tersebut, begitu juga 41 persen dari Partai Republik, menunjukkan bahwa sikap publik tidak sepenuhnya sejalan dengan kebijakan Presiden Donald Trump yang menolak langkah itu.
Jajak pendapat yang berlangsung selama enam hari dan berakhir pada Senin itu juga mengungkap bahwa 53 persen pendukung Trump dari Partai Republik menentang pengakuan negara Palestina. Namun menariknya, 41 persen pendukung Partai Republik lainnya justru mendukung ide tersebut, menunjukkan adanya pergeseran pandangan di kalangan konservatif mengenai isu Palestina, sebagaimana diberitakan sejumlah kantor berita asing seperti Reuters dan Asharq al Awsath.
Dukung Solusi Dua Negara
Berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika mendukung gagasan solusi dua negara, namun tingkat dukungan ini sangat bervariasi tergantung pada afiliasi politik, usia, dan latar belakang demografis lainnya.
Secara umum, sayap Demokrat cenderung lebih bersimpati pada Palestina, sementara sayap Republik tetap kuat dalam mendukung Israel. Namun, dengan meningkatnya keprihatinan atas krisis kemanusiaan di Gaza, dukungan terhadap Palestina, terutama dari kelompok muda dan independen, terlihat mengalami peningkatan yang signifikan.
Kesenjangan generasi menjadi faktor penting dalam memahami keberpihakan ini. Survei menunjukkan bahwa warga Amerika yang lebih muda (usia 18–30 tahun) jauh lebih mungkin untuk bersimpati dengan Palestina dibandingkan dengan generasi yang lebih tua.
Pergeseran ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk akses informasi melalui media sosial yang menampilkan sisi lain dari konflik, serta tumbuhnya kesadaran akan ketidakseimbangan kekuasaan dan penderitaan rakyat Palestina. Sebaliknya, warga Amerika yang lebih tua cenderung memiliki pandangan yang lebih mendukung Israel, sebagian karena paparan historis dan pandangan media yang berbeda di masa lalu.
Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina di kalangan warga Amerika bukanlah sesuatu yang bersifat tunggal, melainkan sebuah spektrum yang kompleks dan terus berubah.