REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di sejumlah wilayah untuk mengurangi potensi curah hujan ekstrem yang dapat memicu banjir dan tanah longsor.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan operasi tersebut merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana hidrometeorologi yang diperkirakan meningkat selama puncak musim hujan November 2025 hingga Februari 2026.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“BMKG bersama BNPB telah memulai operasi modifikasi cuaca sebagai langkah antisipatif terhadap meningkatnya curah hujan. Tujuannya untuk mencegah atau mengurangi potensi banjir dan longsor,” kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
Operasi ini telah dilaksanakan di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Di Jawa Tengah, kegiatan dilakukan sejak 25 Oktober dan masih berlanjut hingga awal November dengan posko di Semarang dan Solo. Hingga kini, tercatat 41 sortie penerbangan menggunakan dua pesawat Cessna Caravan.
“Operasi ini efektif menurunkan dan meredistribusikan curah hujan di wilayah terdampak. Awan-awan hujan yang semula terkonsentrasi di satu titik diupayakan untuk disebarkan agar hujan turun lebih merata,” ujar Dwikorita.
Sementara itu, di Jawa Barat, operasi serupa telah dimulai lebih awal pada 23 Oktober dengan posko di Jakarta. Sebanyak 29 sortie penerbangan telah dilakukan menggunakan satu pesawat Cessna Caravan, dan menurut BMKG, hasilnya menunjukkan pengurangan curah hujan cukup signifikan di beberapa wilayah.
Dwikorita menekankan pentingnya peningkatan kolaborasi lintas lembaga antara BMKG, BNPB, pemerintah daerah, serta aparat penanggulangan bencana daerah. “Kolaborasi ini sudah berjalan, tapi dengan meningkatnya potensi hujan ekstrem, level sinergi harus lebih ditingkatkan. Kesiapsiagaan daerah perlu ditingkatkan juga,” ujarnya.
Menurutnya, BMKG terus memperkuat sistem peringatan dini dengan menyebarkan informasi cuaca secara aktif kepada BNPB, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya agar langkah antisipatif dapat dilakukan secara cepat dan terkoordinasi.
“Yang dibutuhkan sekarang bukan hanya peringatan dini, tapi juga aksi dini. Artinya, ada langkah nyata merespons peringatan cuaca dari BMKG,” kata Dwikorita.
Ia mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan longsor, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana.
“Cara siaga adalah dengan terus memantau informasi cuaca dan peringatan dini dari BMKG. Siapkan jalur dan lokasi evakuasi bersama aparat setempat dan BPBD,” ujarnya.
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk menjauhi bantaran sungai dan lereng rawan longsor, serta menghindari melintasi jembatan di atas sungai saat peringatan hujan lebat dikeluarkan. “Hindari berteduh di bawah pohon atau papan reklame saat angin kencang dan petir terjadi. Jika hujan lebat disertai kilat, sebaiknya tunda aktivitas di luar rumah,” kata Dwikorita.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar sistem drainase tidak tersumbat. “Jangan buang sampah sembarangan. Bersihkan saluran air agar air hujan bisa mengalir lancar,” ujarnya.
Dwikorita menambahkan, cuaca ekstrem juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. Karena itu, BMKG berkoordinasi dengan sektor kesehatan untuk memberikan informasi tambahan mengenai potensi penyakit akibat perubahan cuaca.
“Secara umum, kami mengimbau masyarakat untuk terus memantau kanal informasi BMKG melalui situs www.bmkg.id, media sosial Info BMKG, dan aplikasi mobile Info BMKG untuk mendapatkan informasi terbaru,” ujar Dwikorita.

7 hours ago
11











































